"Pernah dengar seorang perempuan takut pria tampan? Maka, hari ini kalian akan mendengarnya.Pagi sekali, Zesya sudah bangun, biasanya ia yang paling terakhir sadar dari alam mimpinya. Kadang jika ia sudah keluar kamar, maka kanjeng ratu akan memyindirinya seperti ini.
"Aduh! Aduh! Anak gadis bunda udah bangun? Kenapa gak lanjut tidur aja lagi? Bunda belum selesai nyoret nama kamu dari kartu keluarga."
Lalu, setelah itu kedua saudara laknatnya yang akan tertawa begitu nyaring. Bagi mereka melihat penderitaan saudara itu lebih menyenangkan dari apapun.
Tetapi pagi sekali, ia sudah bangun, dan membersihkan seluruh rumah, Zesya tidak terlalu pandai memasak. Karena sejak kecil ia hanya suka bermain dengan UFO-nya saja.
Amira yang baru saja keluar dari kamar. Menyerngit bingung. Ia menempelkan punggung tangannya di kening Zesya.
"Nggak panas, tapi, kok, kamu rajin Zesya? Kesambet, yah?" Wajah Amira di penuhi dengan tanda tanya.
Zesya hanya melirik sebentar, kemudian meletakkan sapunya si dekat pintu. "Bunda, aku di mata bunda salah mulu. Lambat bangun di omelin, cepat bangun juga di protesin. Anak mah selalu salah," gerutu Zesya. Kemudian beberapa saat ia terdiam, kembali mengingat misinya.
Zesya memeluk tubuh Amira begitu erat. Menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri, menunjukkan mata memelas yang ia punya.
"Emang kamu tempatnya salah," sahut Amira lempeng. Perasannya sudah tidak enak, ia mencium bau aura penghasut dalam diri putrinya.
"Iya aku tempatnya salah. Semuanya yang jelek di dunia itu aku jadi tempat pembuangannya," ujar Zesya mantap. Kemudian ia tersenyum lebar. Mengecup berukang kali pipi kanan Amira. "Tapi uang jajan aku jangan di potong ya bunda," sambung Zesya begitu lembut.
Amira menghela nafas jenuh. Ia sudah tahu, jika Zesya rajin seperti ini pasti ada maunya.
"Gak mau." Amira melepas paksa pelukan Zesya. Memilih berkutat di dapur untuk membuat sarapan.
"Bunda.. Aku itu udah besar, bentar lagi bakal kawin, eh, tapi kawin dulu apa nikah bunda? Enaknya gimana? Aku belum pernah ngerasain bunda, pengen sih, tapi nanti bunda sama ayah kena serangan jantung kalau tiba-tiba aku bawa cucu ke rumah!" oceh Zesya dengan tidak tahu malunya.
Tanpa belas kasihan Amira mendaratkan pukulannya di punggung anak gadisnya itu.
"Kamu itu kalau ngomong nggak pernah disaring," cerca Amira geleng-geleng kepala. Zesya mengerjapkan matanya beberapa saat, memilih menegakkan punggungnya. "Saringannya gak tahu gimana caranya nyaring omongan aku bunda," sahut Zesya tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanficAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...