"Disaat pikiran menolak, hati pun menentang."D.o mematikan kompornya, kemudian membawa sepiring rendang ke meja makan. Disaat semua telah terlelap, pria itu berkeliaran di malam gelap ini untuk membuat sepiring rendang. Melalui YouTube, ia berhasil membuat rendang dalam lima kali percobaan.
Dengan gerakan cepat, D.o menata meja makan, kemudian meletakkan piring serta nasi buatannya juga tak lupa rendang yang masih panas di meja. Setelah itu segelas air putih ia juga sediakan di atas meja.
Namun, saat mendengar suara langkah kaki, pria itu bergegas menutup makanan lalu mematikan lampu, dan kemudian berjalan ke arah berlawanan dari arah ruang makan, ia melakukan itu tanpa suara di dalam kegelapan.
Setelah dirasa cukup jauh, barulah D.o berhenti melangkah. Ia membalikkan tubuhnya saat lampu dari arah ruang makan kembali menyala.
"Woah ... Rendang? Bagaimana bisa disini ada rendang?" tanya Zesya menatap makanan yang berada di meja makan. Ia terbangun karena merasa lapar.
Mata gadis itu berbinar melihat makanan kesukaannya berada di depan mata saat ini. Namun, ia ragu. Bagaimana jika seseorang memiliki makanan ini? Tapi dia lapar dan pengen. Zesya menatap rendang itu penuh minat.
Dari kejauhan D.o tertawa tanpa suara melihat Zesya yang mondar-mandir akibat perasaan gundah yang mengganggunya.
"Bunda, Zesya laper." Tangan Zesya menyentuh perutnya, dengan mata yang tidak lepas dari makanan itu.
"Makan aja, Zesya. Makan. Kapan coba lagi makan rendang? Resikonya tanggung besok saja. Siapapun pemiliknya maafin, Zesya. Zesya pengen dan laper soalnya." Setelah itu, gadis berambut kuncir kuda itu mulai menarik kursi kemudian menaikkan satu kakinya ke atas kursi.
"Selamat makan, Zesya." Baru saja ia akan menyuapkan makanan ke mulutnya. "Oh iya ... Doa dulu!"
Kemudian, Zesya menutup kedua matanya, mengangkat tangannya untuk berdoa. Beberapa saat kemudian ia mulai melanjutkan makanannya.
"Masih panas, enak, siapa yang buat coba. Kalau yang buat perempuan aku jadikan sahabat, kalau pria aku jadikan suami. Enak banget!" oceh Zesya seraya terpejam karena rasa itu membuatnya lupa segalanya. Ia jadi benar-benar merindukan rumah sesungguhnya.
Dalam sekejap, Zesya sudah menghabiskan makanan itu dalam sekali libas. Setelah melihat Zesya menghabiskan makanannya, baru lah D.o benar-benar meninggalkan gadis itu sendirian. Ia tidak ingin mengambil resiko ketahuan Zesya, Jia dirinya lah yang menyiapkan semua itu.
"Fix! nggak bisa tidur," decak Zesya menatap sekelilingnya yang lumayan gelap. Efek dari kata-kata Kim-Hyana juga masih terngiang jelas di otaknya.
"... lalu kembali pada ketakutanmu. Itu lebih baik. Tidak perlu berusaha atau pun bermimpi untuk berhasil."
"Pergilah dari pikiranku!" racau Zesya mengacak rambutnya kesal. Kemudian, sangking kesalnya, Zesya bangkit, berjalan tanpa arah membiarkan kedua kakinya membawa kemana saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanfictionAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...