"Marahan itu wajar, yang tidak wajar itu jika kalian membiarkan semua masalah terpendam."^^^^^
Suara hiruk piruk kota sudah terdengar biasa, di telinga mereka yang tinggal di kota metropolitan ini. Debu berterbangan, bersatu dengan oksigen yang para manusia badebah itu hirup sana sini. Mungkin yang sudah terbiasa, mereka tidak takut lagi untuk menghirupnya, karena mereka terbiasa.
Meski nantinya perlahan mereka akan mati. Namun, dorongan berbagai waktu sudah menjadi faktor agar mereka terus bergerak. Jika tidak ingin tertinggal oleh yang lainnya.
Klakson motor dan mobil saling bersahutan menyatu di jalanan yang padat akan kendaraan. Sudah dari setengah jam lalu Zesya duduk di kendaraan roda duanya, sambil menggerutu kesal karena tidak ada pergerakan sedikit pun dari kendaraan yang ada di hadapannya.
Dengan kesal Zesya membuka kaca helmnya, merogoh saku jaket saat dering ponselnya tidak berhentinya mengganggu dirinya yang sedang berkonsentrasi menghitung berapa kendaraan yang ikut andil dalam kemacetan.
"Lagi macet, bisa gak sih nunggu sepuluh menit, tugas lo gak bakal hilang sama gue." Tanpa menunggu lagi Zesya menyemprotkan kekesalannya pada lawan bicara, tidak punya waktu meski sedetik melihat nama yang tertera di layar ponsel.
"Hallo Zesya, aku ada di jakarta, kamu ada waktu nggak?"
Mata Zesya yang semula berkilat tajam, kini terbelalak kaget, dengan cepat ia menatap layar ponselnya.
Kevin pacar tai❤.
"Kevin sumpah aku gak maksud bentak-bentak kamu kayak tadi, maaf yah!" sesal Zesya, mengundang kekehan kecil dari lawan bicaranya. Untung sayang, jika tidak, sudah dipastikan Zesya akan memarahi orang itu.
"Kamu udah nggak marah?" tanya Kevin, yang kembali mengingatkan Zesya akan pertikain mereka beberapa minggu lalu.
Zesya mendengus kesal. Mood-nya cepat sekali berubah-ubah.
"Nggak tahu! Aku masih di jalan, nanti lagi kamu telpon, pokoknya harus kamu duluan yang hubungin aku. Nggak mau tahu!" ujar Zesya berapi-api. Tidak ada kelembutan sama sekali, dengan nada memaksa ia berkata pada sang pacar.
Kevin berdeham sebagai balasan. Lalu, tanpa menunggu lagi Zesya mematikan ponselnya. Sekilas ia menatap layar yang memunculkan notif dari pesan singkat. Senyumnya terbit dengan indah. Sesederhana itu dalam sebuah hubungan, seorang perempaun hanya ingin di bujuk jika marah, bukan di bentak atau di maki.
Meski Kevin jarang melakukannya, tapi Zesya bahagia.
Kevin pacar tai❤ :
Zesya, jangan marah. Nanti temuin aku di tempat biasa kita ketemu yah. Aku tunggu!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanfictionAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...