55. Teror

101 29 30
                                    

"Jika kau takut maka katakan."

Get away from them!

Keringat dingin tidak hentinya mengalir dari seluruh pori-pori tubuh Zesya. Menjauh dari siapa?! Nafas zesya terengah tidak karuan. Ini terlalu sulit untuk ia cerna di otaknya. Kepala monyet yang ditancapkan pisau tajam berlumuran darah berhasil membuat oksigennya menipis.

"Zesya buang aja."

Vlecia berhasil membuatnya tersentak pada kenyataan. Zesya mengerjakan matanya pelan. Menghela nafas pelan, kemudian membawa kotak bersama surat putih berisi darah itu ke tong sampah terdekat. Walaupun bergetar, tetapi tetap ia lakukan sebagai bentuk pertanggungjawabannya.

"Yaudah, ayok kita kembali!" Setelah itu Vlecia menggandeng tangan Zesya yang terasa dingin ke arah lift.

Saat kedua gadis dengan perbedaan mencolok itu telah sampai di lantai dasar. Mereka di bingungkan dengan keberadaan wartawan yang begitu banyak menunggu di halaman gedung.

"Apa kita kedatangan artis?" tanya Zesya kebingungan, ia dapat sejenak melupakan masalahnya beberapa saat lalu.

Vlecia tertawa kecil. "Juri kita 'kan artis semua. Masa kamu gak tahu?"

"Emang gak tahu. Udah ah, aku mau langsung pulang." Baru saja mereka kembali ingin melangkah, kedatangan seorang pria dan perempuan tinggi yang melewati mereka membuat keduanya mengurungkan niatnya.

"Kris Wu dan Krystal Jung."

"Apa? Kau mengatakan sesuatu, Vlecia?" tanya Zesya penasaran. Sambil menatap punggung Kris yang semakin menjauh bersama dengan seorang perempuan cantik.

"Tidak ada. Ayok, pulang! Kau masih terlihat begitu pucat."

"Sehun, yang lain kemana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sehun, yang lain kemana?"

Zesya ikut mendudukkan bokongnya di samping Sehun. Memandang pantulan dirinya bersama Sehun melalui kaca yang memenuhi dinding ruangan latihan.

"Entahlah, katanya mereka akan pergi sebentar. Sedangkan, Kai sedang menemani Kim-Hyana. Kau sendiri baru pulang? Apa sudah makan?"

Jujur saja, Zesya masih tidak berselera makan. Kepala monyet yang berlumuran darah berhasil membuatnya tidak bernafsu. Kata-kata dalam surat itu membuatnya meremang tidak karuan. Zesya benci jika ia ketakutan tetapi tidak memiliki seseorang yang bisa memenangkannya.

"Akhir-akhir ini mengapa kau begitu terlihat murung, oh Sehun?" tanya Zesya perhatian. Sadar tidak sadar, Sehun nyaman dengan perbuatan kecil Zesya.

Zesya itu seperti bunglon, kadang ia akan terlihat begitu ganas, kadang juga dirinya selembut kue bolu buatan D.o kyungsoo. Tapi itulah daya tariknya.

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang