"Saudara itu bukan tentang darah, tapi bagaiaman kamu mempertahankan keeratan itu."^^^^^^
Baru saja D.O dan Sehun akan melangkah masuk lebih dalam ke gedung apartemen teriakan cempreng Zesya memberhentikan mereka.
"you really will leave me alone here?!" Mata Zesya melotot tidak terima. Ia berdiri di antara kedua kopernya sambil memeluk boneka kesayangannya. D.O menunjukkan wajah bingungnya. "Memang kami harus apa?" tanya D.O masih saja tidak konek padahal biasa ia yang paling peka tentang seorang perempuan.
"Loncat dari atas gedung!" sahut Zesya judes. Ia tidak memgerti kenapa kedua pria itu kembali menutup wajah mereka dengan masker serta memakai topi di kepala mereka.
"Mati dong nanti," timpal Sehun polos. Zesya melangkah maju mensejajarkan langkah mereka meninggalkan kopernya di depan apartemen. "Kalau begitu bawakan koperku ke dalam. Oke!" Setelah itu ia melenggang pergi dengan tidak tahu dirinya.
"Sejak kapan kita menjadi seorang pembantu?" tanya D.O cemberut. Matanya yang bulat serta terbangkai kaca mata hitam kebanggannya kini semakin memancarkan sinarnya.
"Kita? Hyung saja yang menjadi pembantu. Aku masih menjadi bayi, bye," kemudian Sehun melengos pergi meninggalkan D.O yang baru saja akan menyeret koper.
D.O mendatarkan wajahnya. Menghela nafas sesaat lalu menyeret kedua koper itu menyusul Sehun dan Zesya yang sudah saling berbincang ringan.
"Apartemenmu ada di lantai berapa?" Zesya lebih dahulu memasuki lift disusul kedua orang pria itu. "21," sahut Sehun lempeng.
"Tinggi sekali, apa kamu tidak takut terjatuh jika berada di lantai setinggi itu," tukas Zesya seraya mendongakkan kepalanya. Tingginya yang hanya berkisaran 160 Cm membuat ia jadi terlihat pendek di antara kedua orang itu.
"Aku belum terjatuh jadi belum takut juga," jawab Sehun dengan santainya. D.O yang mendengar jawaban Sehun terkekeh kecil, jawaban si piyak selalu berada di luar ekspetasi.
"You bego," tandas Zesya kesal. Ia menggabungkan bahasa ibu pertiwi dengan bahasa inggris. Sehun yang belum pernah mendengar kosa kata itu menyerngit bingung.
"What is that 'bego'?" Sehun bertanya penasaran. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal bingung.
"Itu berupa sebuah pujian, kau harus bangga karena aku jarang memuji orang lain," dengan jahilnya Zesya mengerjai Sehun. Terbukti kini pria itu tersenyum bangga. Ia berseru senang pada D.O
"Meskipun aku jelek karena sudah memotong rambut, tetap banyak orang yang memujiku," bangga Sehun sambil memperbaiki letak topinya.
"Dia begitu narsis," cibir D.O yang dibenarkan oleh Zesya. Gadis itu menutup mulutnya dengan sebelah tangan menahan tawa.
"Mengapa kalian terus memakai masker? Corona sudah tidak ada. Kalian.... Seolah banyak fans jika seperti itu," papar Zesya menunjuk kedua masker yang di kenakan pria yang baru saja ia temui itu.
D.O dan Sehun saling bertatap. Mereka bingung. Apa Zesya benar-benar tidak mengenali mereka. Baju yang gadis itu pakai saja gambar berlambang ikon grub mereka.
"Baju yang kamu pakai itu milikmu?" tanya D.O mengidahkan pertanyaan Zesya barusan. Dengan malas Zesya melihat baju yang ia kenakan. "Ini baju kakakku, dia begitu menggilai grub ini. Tapi... Aku lupa siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanfictionAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...