7. Zesya Hancur.

238 75 12
                                    


"Iya! Good looking selalu terdepan, dan potatto selalu tertinggal."

^^^^^^

Zesya bersiap-siap dengan cepat, hanya mandi kurang dari lima menit karena waktunya begitu sempit. Awalnya ia pikir tidak akan kebablasan menonton televisi, tapi saat ia selesai menonton acaranya sudah selesai.

"Astagafirullah, Zesya! Kamu mandi atau apa di dalam, cepet banget," seru Gesya yang sedang menata foto album idolnya. Dulu pernah Zesya hampir menjatuhkan lighstick milik Gesya, hingga membuat kakaknya itu tidak mengajaknya berbicara hampir tiga hari penuh, Gesya benar-benar menjaga benda itu seperti benda pusakanya.

Ada yang sama kayak Gesya, gak?

Zesya mengikat rambutnya menjadi satu, lalu menyambar kartu ujiannya di atas meja. "Mandilah, emang Kak Gesya di dalam kamar mandi ngehaluin orang yang bahkan tahu kamu hidup aja kaga."

Gesya berdiri dari duduknya setelah mengelap lighstick dengan tissu basah. Bahkan, gadis itu saja jarang membantu Amira, tapi rajin sekali mengurus 'anak-anaknya'.

"Tahu, kok, buktinya mereka ngakuin EXO-L itu pacar mereka," sahut Gesya dengan bangganya. Ia juga sudah bersiap dengan beberapa berkasnya yang akan di tanda tangani.

Sekilas Zesya menyemprotkan parfun ke arah tubuhnya. Kemudian melangkah keluar diikuti oleh Gesya melalui pintu yang lain.

"Bunda maafin aku yah kalau banyak salah, jangan di kutuk dulu, soalnya mau ujian bentar sore," ujar Zesya seraya menyalimi Amira yang sedang bersantai di sofa.

"Kamu emang banyak salah, tapi udah bunda maafin kok, tapi jangan diulangi lagi, apalagi sampai kasih bunda sama ayah obat bius kayak semalam," cecar Amira menatap kedua anak gadisnya dengan tatapan lembut.

"Maaf bunda tapi gak janji, soalnya kalau khilaf lagi nanti dosa karena udah janji," ujar Gesya pelan. Matanya mengerjap polos, Zesya mengangguk menyetujui ucapan Gesya.

"Yaudah sana, bunda pending dulu omelin kalian berdua. Jadi jangan lupa berdoa, gak usah tegang santuy aja. Anggap aja kalian lagi main bekel," saran Amira begitu serius. Zesya memilih mengalah, pagi ini ia harus berangkat lebih cepat dari biasanya. "Bunda Zesya pergi dulu, muach."

"Assalamualaikum."

"Walaikumsayang, eh salah walaikumsalam."

©©©©©

Zesya melangkah bersama dengan Clara memasuki cafe, setelah begitu banyak yang harus mereka urus setelah itu nanti sore mengikuti ujian, keduanya memilih beristirahat sejenak. Apalagi Clara yang memang sedang butuh pencuci mata akibat begitu lama melihat deretan tulisan.

"Pesan apa? Muka lo santai, oi. Tenang... Gue yang traktir," seloroh Clara saat Zesya menatapnya sambil melotot. "Gue apa aja asalkan enak dan mahal," balas Zesya sambil memainkan game di ponselnya.

"Gak tahu diri sekali anda, sudah di traktir malah mau yang mahal," cibir Clara tapi tetap saja gadis itu menuruti titah Zesya. Dengan telaten ia memesan pesanan mereka berdua.

Zesya mengedarkan tatapannya ke seluruh penjuru cafe, hingga matanya berhenti pada satu titik yang begitu familiar.

I'm Not PaparazziTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang