"Terkadang tidak semua orang bisa menempatkan posisi mereka dalam rasa yang sama."^^^^^^
Zesya berhenti melangkah saat ia sudah berada jauh dari keramaian. Kini di depannya sudah ada benner besar tentang audisi bakat yang akan diselenggarakan seminggu lagi.
"Hi! Do you intend to audition?" Seorang gadis dengan rambut yang di kuncir kuda itu tersenyum manis ke arah Zesya.
"Oh... Hello! I'm just looking around." Zesya menjawab sopan. Meskipun terbesit keinginannya untuk mengikuti audisi, tetapi tidak ada niatan sedikitpun untuk memberitahu orang asing.
"Aku pikir kau akan mengikutinya. Jika iya, mari kita berlatih bersama. Itu pasti menyenangkan, omong-omong namaku Vlecia Grathea."
"Ah... Yah! Salam kenal Vlecia. My name is Zesya. Kalau begitu permisi, aku ada urusan lain," tukas Zesya manis. Baru saja ia akan melenggang pergi, kertas yang Vlecia sodorkan padanya memberhentikan langkah gadis itu.
Vlecia menatap Zesya dengan binarnya. "Mungkin saja kau akan berubah pikiran. Ini akan membantu jika itu terjadi."
Zesya menerima kertas itu dengan senyum yang ia paksakan. Pikirannya berkecamuk, jadi ini yang diarasakan orang lain saat ia sok kenal sok dekat.
"Kau benar juga! Terimakasih," kemudian Zesya melenggang pergi dari hadapan Vlecia.
Saat Zesya sudah cukup jauh dari pandangannya, senyum sinis tersungging. Ia meremas jemarinya dengan tatapan yang begitu menggambarkan kebencian.
"Bagaimana bisa peterpenku dekat denganmu. Tidak akan pernah ku biarkan hal itu terjadi untuk waktu yang lama."
Saat jarak sudah cukup jauh Zesya menatap kertas berisikan formulir audisi itu dengan bingung. Ia dengan acuhnya kemudian memasukkan kertas itu ke dalam saku celana jeansnya.
"Sekarang... Aku harus apa?" Zesya menatap kaca toko yang memantulkan bayangan dirinya. Tanpa sadar, tangan Zesya terangkat menyentuh permukaan wajahnya.
Wajah itu, yang selalu membuat orang menghakimi fisiknya. Apa seburuk rupa itu? Tanpa sadar perkataan buruk orang di sekitarnya membuat Zesya semakin kurang percaya diri, serta menyakiti sudut hatinya.
"Kau haru meminta maaf pada kami!"
Secepat kilat Zesya membalikkan tubuhnya, Baekhyun dan Chanyeol berdiri di hadapannya dengah wajah murung.
"For what?!" Zesya menatap kedua pria itu dengan alis terangkat sebelah. Tanpa rasa bersalah, sedikitpun ia justru bertanya balik. Bukannya minta maaf karena meninggalkan kedua pria berdarah korea itu.
"Kau bilang untuk apa? What the hell! Zesya demi tuhan, kami mengkhawatirkanmu, dan tanggapanmu hanya seperti ini. Seharusnya aku biarkan saja tadi, kau membuatku susah!" cerca Chanyeol mengeras. Tatapan matanya yang biasa teduh kini berubah begitu tajam.
Baekhyun meneguk ludah, jarang sekali Chanyeol menyemburkan kemarahannya. "Zesya..." Pembelaan yabg berusaha Baekhyun lakukan terhenti.
"Terimakasih sudah mengkhawatirkanku, tapi jika itu membuatmu susah maka jangan lakukan lagi. Karena aku tidak butuh rasa khawatirmu itu," sentak Zesya melangkah mundur satu langkah, kemudian berbalik pergi menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanfictionAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...