"Jadikan biasmu sebagai panutan."
Zesya menghentikan tawanya, hari minggu ini ia hanya bersantai di rumah bersama dengan Faeza serta kedua orang tua mereka, jangan tanyakan Gesya. Karena gadis itu memiliki pekerjaan dimana mereka diharuskan stay kapan pun.
Faeza menatap Zesya kesal, ponsel pintar yang merupa benda sejuta umat di tangannya ia banting, tapi sedetik kemudian diraihnya lalu ia peluk.
"Kak Zesya... Rese banget sih, aku lagi turnamen jadi kalah, kan! Ngapain coba nelpon-nelpon, padahal lagi duduk di depan aku juga. Pasti mau lihat aku kalah, kan?" tuding Faeza tidak terima. Zesya mendelik sinis.
"Iya, supaya kamu kalah. Lagian berisik banget, kayak mau bangunin orang sahur satu kampung."
Cibir Zesya kembali memeluk boneka UFO-nya dengan erat. Melihat Faeza yang sudah mengeluarkan tanduknya ia memilih mengamankan benda kesayangannya itu.
"Kak Zesya itu yang berisik. Ngomong sendiri sama boneka kaya orang gak jelas," sahut Faeza lebih memilih menonton siaran televisi daripada melanjutkan permainan Free Fire-nya.
Zesya mengedikkan bahu acuh. Menggap perkataan Faeza angin lalu. "Tuh kan, dikacangin, giliran aku yang ngacangin Kak Zesya marah-marah," Faeza berseru tidak terima.
"Peraturan pertama, Kakak selalu benar. No debat."
"Peraturan kedua, jika kakak salah kembali ingat peraturan pertama. No War."
"Peraturan ketiga, jika adik benar kembali ingat peraturan pertama. No Comen-comen club."
Senyum Zesya yang tersungging lebar begitu menyebalkan bagi Faeza. Jika bukan kakaknya sudah pasti ia tendang seperti bola.
"Kalau lupa, berarti kamu tua bangke. Bener kan, Ayah. Kalau pelupa itu karena faktor kebanyakan main game terus jadi tua?" tanya Zesya pada Adit yang baru saja kembali dari halaman rumah mereka. Adit mengangguk mengiyakan seadanya, kemudian melanjutkan menuju kamar membersihkan tubuhnya.
"Gak ada hubungannya kentang," imbuh Faeza sambil duduk dengan posisi terbalik, yaitu kepala berada di bawah kaki sofa dan kaki berada di atas sofa. Luar biasa sekali Faeza itu kalemnya.
Kaki Faeza yang hampir menyentuh kepala Zesya segera di pukul oleh gadis itu. "Kalem banget kamu jadi adek, sampai kaki hampir aja geplak kepala aku."
"Aku kalem tapi kaki aku pengen nendang Kak Zesya ke laut kalau bisa," ujar Faeza seadanya.
Saat suara pintu terbuka, Faeza menghembuskan nafas lega. Karena baru saja Zesya akan mengambil ancang-ancang memukulnya. Wajah Gesya yang lelah dan berbinar menyambut mereka. Gadis dengan kerudung pasmina hitam itu melangkah ke arah mereka sambil loncat-loncar bak cacing kepanasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Paparazzi
FanfictionAmazing cover by @cumicumi_kokobop Seringnya dikucilkan dan dibandingkan membuat Zesya merasa dirinya makhluk paling menjijikan di dunia ini. Dulu ia berpikir pacaran bagi masa depannya tak akan menjadi masalah, tetapi semua itu enyah seketika saat...