Happy reading, Love. ✨
"Bukan tidak bersyukur, tapi menjadi yang pertama terkadang memang menjadi suatu keharusan karena tuntutan."
[ ;ɞ ]
Hari-hari yang dijalani Rachell berjalan begitu saja dengan hampir keseluruhan waktunya hanya ia gunakan untuk belajar dan belajar. Hari ini adalah hari di mana segala usaha Rachell selama dua bulan kemarin dipertaruhkan. Babak pertama dan kedua telah berhasil Rachell lewati dengan sempurna.
Saat ini ia berada di tengah podium dengan dua tim terbaik lainnya. Satu langkah lagi menuju penentuan apakah Rachell kembali beruntung atau justru gagal. Meski tidak bisa dipungkiri, saat ini gadis itu tetap akan menjadi juara sekali pun bukan juara pertama. Hanya saja, Alfano dan Grazella selalu menuntutnya untuk menjadi yang pertama.
Poin yang dikumpulkan tim Rachell dan Daren berselisih tipis dengan tim perwakilan dari Bali. Sepasang iris yang mirip seperti milik Rachell menatap gadis itu tajam. Sedikit ragu terselip dalam benak Rachell, sial di pertanyaan ke sepuluh tim Freya dapat menjawab pertanyaan secara sempurna sehingga saat ini poin keduanya seimbang.
Pertanyaan selanjutnya berhasil Rachell jawab, ia menghela nafas panjang saat melihat angka di hadapannya kembali unggul. Tak terelakkan saat ini Daren benar-benar kagum kepada Rachell. Hari ini ia percaya bahwa di sampingnya adalah gadis dengan IQ 142, pertanyaan-pertanyaan mampu Rachell kerjakan dalam waktu cepat.
"Baik, ini adalah soal terakhir penentu juara kita. Jika persamaan kuadrat px2 + 30x + 25 = 0 mempunyai akar-akar sama, maka nilai p adalah?"
Semua menoleh ke arah Rachell saat gadis itu memencet tombol dengan cepat. Gadis itu memang benar-benar genius, bahkan dengan mudah ia dapat mengetahui jawabannya.
"9."
"Iya benar!!! Pemenang olimpiade matematika tingkat nasional tahun ini adalah SMA Pelita Bangsa dengan poin 1900."
Riuh tepuk tangan menggema dalam satu studio. Refleks Rachell memeluk Daren di sampingnya untuk menghamburkan rasa bahagia. Daren membalas pelukan Rachell dengan dekap hangat yang mampu membuat hati Rachell tenang.
Rachell dan Daren naik ke podium untuk mendapatkan mendali serta trofi mereka. Senyum manis dengan dimple yang menghiasi pipi kanan Rachell membuat gadis itu tampak menawan. Tidak sedetik pun Daren memalingkan pandangannya dari Rachell, gadis itu benar-benar seperti magnet yang terus menarik perhatiannya.
"Selamat, cantik. You were so great," sanjung Daren berbisik di telinga Rachell.
"It's not me, but us who are great. Selamat juga buat lo, terima kasih udah jadi partner gue yang terbaik," sanggah Rachell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Teen FictionKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...