Happy reading, Love. ✨
"Jika tidak bisa ubah orangnya, maka orangnya yang harus dirubah."
[ ;ɞ ]
Setelah mendengar kabar dari Wijaya, saat ini ketiga remaja laki-laki itu tengah berkumpul di rumah Rachell. Mereka duduk di hadapan Rachell menuntut penjelasan dari gadis itu. Setelah kemarin ia berangkat mengendarai mobil sendiri, sore ini dia justru pulang dengan taksi online.
“Why didn’t you contact us or at least one of us, Queen?” tanya Fajar.
“Takut,” cicit Rachell.
“Daren ancem lo?” sergah Galang.
Rachell menggeleng pelan. “Kalau aku hubungi kalian, nanti kalian akan ribut lagi dengan Daren,” jawab Rachell.
“You know it's dangerous for you, right? Sampai malam lho lo nunggu taksi sendirian. Kalau ada yang jahatin lo atau tiba-tiba kondisi lo drop gimana?” cerca Langit.
“Maaf,” cicit Rachell menunduk pasrah.
“Putusin aja lah dia, gak guna banget jadi cowok. What boyfriend puts his girl friend before his girl, bahkan sampai tinggalin ceweknya sendirian,” ujar Galang.“Lo sering lakuin itu ke cewek lo,” timpal Rachell.
“Beda, Chell. Gue gak sebrengsek Daren sampai tinggalin cewek gue sendirian. Minimal tungguin lah sampai taksi onlinenya datang,” balas Galang.
“Tapi sekarang gue udah gak lagi, gue udah jomblo nih satu bulan ini,” sambung Galang.
Fajar menghela nafasnya panjang. Ia menatap tubuh Rachell yang sedang menunduk sembari memainkan kukunya. Jika kondisi Rachell tidak lemah, mereka mungkin tidak akan seprotektif ini pada gadis itu. Langit masih menatap Rachell dingin, sementara Galang mulai merasa iba pada gadis itu.
“I apologize for my mistake, please accepet my apology,” cicit Rachell.
“Putusin Daren kalau lo mau gue maafin,” ujar Galang.
“Lang,” rengek Rachell memelas.
Galang membuang mukanya acuh. Rachell menatap Fajar dan Langit secara bergantian dengan puppy eyes menjadi andalannya untuk meluluhkan dua hati laki-laki itu.
“Izinin gue buat tonjok muka Daren dulu baru gue maafin,” timpal Langit.
“Fajar, please don’t be mad at me,” mohon Rachell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Roman pour AdolescentsKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...