Happy Reading ✨
"Berteman dengan siapa
saja, tapi untuk karib
harus tetap dipilah."[ ;ɞ ]
Sore ini sandykala mulai terlihat. Hari beranjak sore, Rachell memutuskan untuk beberes. Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul lima, ia ingin makan di luar.
"Mbak Lesya mau ke mana?" tanya seorang wanita berkepala tiga yang melihat Rachell menuruni anak tangga.
"Makan di luar," jawab Rachell bernada dingin.
"Saya sudah memasakkan makanan kesukaan Mbak Lesya lho."
"Makan saja." Rachell pergi tak memedulikan asisten rumah tangganya itu.
Wanita itu sudah bekerja sejak lima belas tahun lalu, ia juga tahu betul mengapa gadis itu bersikap dingin jika di rumah. Ia tersenyum sendu, gadis kecil itu telah tumbuh dewasa dengan luka.
Rachell memasuki taksi online pesanannya, setelah beberapa menit kemudian Rachell sampai di kafe favoritnya yang berada di jantung kota. Rachell memasuki kafe yang tampak sepi itu. Dia berjalan ke arah meja pojok tempat kesukaannya.
Sambil menunggu pesanan, Rachell memilih untuk memainkan ponsel. Satu hal tentang Rachell, dia suka sekali membaca ramalan-ramalan zodiak, tapi hanya sebatas suka membacanya, tidak dengan mempercayainya.
Tujuh orang remaja yang baru saja memasuki kafe membuat fokus Rachell teralihkan. Tanpa ia sangka mereka berjalan ke arahnya.
"Eh, Rachell. Kita ketemu lagi," sapa Kejora.
"Hai, Kejora sama yang lain juga."
"Kita boleh duduk di sini? Lo sendirian?"
"Boleh kok, iya sendiri."
"Kepala kamu gimana? Masih pusing?" tanya Daren.
Rachell menoleh ke arah laki-laki yang ada di sampingnya. Dia bahkan sudah melupakan kejadian pagi tadi. Walau sebenarnya kepalanya masih sedikit merasa pusing. Jujur saja tadi itu keras sekali benturannya.
"Gak papa kok santai," jawab Rachell sambil tersenyum manis.
"Emang lo kenapa, Chell?" tanya Alana penasaran.
"Tadi Daren gak sengaja lempar bola basket ke arah Rachell," terang Zee menjawab.
Setelah itu mereka mulai mengobrol santai sambil menikmati makanan mereka. Tanpa disadari pandangan laki-laki itu selalu terfokus pada senyum manis milik Rachell hingga tak terasa hari kian menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Teen FictionKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...