Happy reading, Love. ✨
"Picture, picture, smile for the picture
Pose with your brother, won't you be a good sister?
Everyone thinks that we're perfect
Please don't let them look through the curtains."-Dollhouse
[ ;ɞ ]
Rachell saat ini berada di rumahnya setelah dipaksa pulang oleh Grazella. Wanita itu mendapatkan laporan dari orang suruhannya yang selama ini mengawasi Rachell. Gadis itu ternyata tidak berada di sekolahnya membuat Grazella marah besar. Jadilah saat ini Rachell tengah sibuk bergelut dengan buku-buku yang membuatnya muak.
Meski tadi Gempita, Heera, serta Elmira telah mengingatkannya namun wanita itu tidak menggubris mereka. Ia tetap bersikukuh untuk membawa Rachell pulang dan mengawasi sendiri gadis itu.
“Kamu jangan malu-maluin saya dengan selalu merepotkan teman-teman saya, Lesyaqueen. Cukup kamu merepotkan saya dan keluarga saya saja. Ingat, kamu itu anak pembawa sial. I'm afraid my friends are unlucky because you're often with them,” ucap Grazella yang seperti belati tajam.
“Iya, Ma. Maafin, Lesya.”
“Sekarang lebih baik kamu belajar di rumah, sebentar lagi guru privat akan datang untuk mengajari kamu.”
Grazella membanting pintu kamar Rachell dengan keras, gadis itu hanya mampu mengelus dadanya sembari menggerutu pelan. Rachell melirik ponselnya yang tergeletak di samping buku paket biologi, banyak pesan masuk di sana termasuk pesan dari Daren.
Bosan terus membaca materi yang sulit masuk ke otaknya, Rachell memutuskan untuk memainkan ponselnya sembari menunggu guru yang dijanjikan Grazella datang.
Saat baru saja membaca pesan dari Daren, laki-laki itu justru menelefonnya. Rachell gelagapan sendiri ia tidak mungkin jujur jika hari ini ia tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah karena jantungnya anfal.
“Bub, where are you now?” tanya Daren dengan nada lembut seakan tidak terjadi apa pun pagi tadi.
“Ah, anu-,” gagap Rachell bingung.
“Kamu baik-baik saja, ‘kan? Aku minta maaf tadi pagi kelepasan. Aku janji tidak akan seperti itu lagi,” potong Daren.
“Iya, Bub. Aku juga minta maaf karena udah nampar kamu tadi. It must have hurt, huh?” ujar Rachell tidak enak.
“It's not a big deal, justru terima kasih kamu udah sadarin aku. Kamu masih lama dispennya? Hari ini kamu tidak ikut pelajaran?”
“Sepertinya begitu.”
“Ren, ayo.”
“Bentar, gue masih telefon Rachell.”
“Gue udah laper.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Ficção AdolescenteKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...