Happy reading, Love ✨
"Tidak ada kepergian yang tidak meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan."
[ ;ɞ ]
Dengan perlahan iris hazel itu kembali terbuka, beberapa kali ia memerjap menyesuaikan cahaya yang masuk. Tidak ada siapa pun di sisinya, di sekelilingnya adalah alat-alat medis yang setia menemani. Beberapa saat kemudian akhirnya beberapa perawat datang, mereka menyambut gembira perkembangan baik dari gadis itu.
“Rachell, selamat ya dengan jantung barunya. After this you’ll live without having to continue to be afraid. Bagaimana rasanya? Apa ada bagian yang sakit?” tanya salah seorang wanita dengan jas putih yang mengalungkan stetoskop di lehernya.
“Jantung baru?” beo Rachell lemah.
“Iya, kamu baru saja mendapatkan donor jantung yang sehat. Saya harap jantung baru kamu bisa segera beradaptasi dan pulih sehingga kamu bisa sepenuhnya sembuh,” balas dokter.
Rachell masih belum sepenuhnya bisa mencerna ucapan dokter yang menanganinya, dokter itu pun hanya tersenyum simpul. “Don’t think too much, jika ada yang sakit segera bilang padaku.”
Dokter dan para perawat mulai memeriksa kondisi Rachell karena kondisinya yang telah stabil, akhirnya Rachell diizinkan untuk pindah ke ruang rawat inap. Rasanya ada yang janggal dalam benak Rachell, tapi dia tidak tahu apa yang sedang mengganjal di hatinya saat ini.•°• ;ɞ •°•
Rachell menatap tiga orang laki-laki yang saat ini menemaninya. Ia teringat satu hal, ternyata untuk pertama kalinya Galang absen tidak menjenguknya. Berusaha mengingat kejadian sebelum ia masuk rumah sakit, akhirnya Rachell mendapatkan kembali ingatannya.
Terakhir kali sebelum ia benar-benar kehilangan kesadaran, Galang sedang menggendongnya menuju rumah sakit untuk mendapatkan penanganan karena dia baru saja mendapatkan luka tusukan. Sayangnya keduanya terlibat kecelakaan dengan mobil putih yang sepertinya sengaja ingin menabrak mereka.
Rachell sempat terpental cukup jauh, berbeda dengan Galang yang hanya terseret sekitar lima meter dari tempat kejadian. Saat Galang berusaha untuk menghampiri Rachell, mobil itu justru melindas kaki Galang dan membuat laki-laki itu akhirnya kehilangan kesadarannya.
“Galang mana?” ujar Rachell yang akhirnya membuka suara.
Ketiga laki-laki di depannya itu hanya saling pandang, mereka saling menunjuk untuk menjawab pertanyaan dari Rachell.
“Galang mana, Lang? Tumben gak ke sini. Galang is fine, right?” tanya Rachell yang akhirnya bertanya pada Langit karena biasanya laki-laki itu selalu dengan Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Teen FictionKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...