Happy reading, Love. ✨
"Amarah kerap kali merusak beberapa hubungan."
[ ;ɞ ]
Pagi ini Rachell telah siap dengan seragamnya pada pukul setengah tujuh pagi. Notifikasi dari Daren membuat Rachell menggerutu pelan. Laki-laki itu sepertinya masih marah kepadanya, jadi pagi ini dia tidak bisa menjemput Rachell. Rachell akhirnya menghubungi Galang, untung saja laki-laki itu belum berangkat ke sekolah.
Sudah sepuluh menit ia menunggu Galang yang masih belum sampai, tidak bisa menyalahkannya karena memang Rachell baru menghubungi laki-laki itu saat Daren mengirimkan pesan jika dia tidak bisa menjemputnya. Dua menit kemudian akhirnya Galang datang dengan hummer h3 berwarna hitam.
Rachell melongo saat melihat mobil yang biasa digunakan Mahendra itu dibawa oleh Galang. “Lo serius sekolah bawa nih mobil?”
“Udah, ayo cepet masuk. We're almost too late,” balas Galang tidak menggubris pertanyaan Rachell.
Rachell menaiki mobil itu dengan dibantu oleh Galang, akhirnya dua puluh menit kemudian mereka telah sampai di pelataran SMA Pelita Bangsa. Rachell dan Galang berjalan beriringan seperti biasa, beberapa murid menyapa mereka dan dibalas ramah oleh keduanya.
Daren yang mendapati Rachell datang dengan Galang menyeret gadis itu. Rachell cukup tersentak apalagi cengkeraman Daren di pergelangan tangan kirinya cukup erat sampai membuatnya memerah.
“Didn't you read my chat earlier?” murka Daren.
“Aku ‘kan udah balas chat dari kamu, Bub. What's wrong?”“Ngapain lo berangkat sama Galang? I told you to go alone,” cerca Daren.
“I usually go with them, cuman selama aku jadi pacar kamu, kamu yang antar jemput aku. Jadi kalau kamu gak bisa antar aku ya mereka tetap bakal antar jemput aku,” urai Rachell.
“Lo bukan cewek miskin, Chell. Bokap lo kaya. Lo bisa ‘kan bawa kendaraan sendiri atau suruh sopir buat anterin lo? Lo juga bisa naik kendaraan umum kaya taksi online, ojek online, dan lain-lain. You don't have to be with them all the time, right?"
“What's wrong with you?”
“Ya lo yang kenapa. Udah punya pacar kenapa masih aja ganjen ke cowok lain.” Rachell refleks menampar pipi Daren karena sakit hati mendengar ucapan laki-laki itu.
“Do you think you're the only one who can get angry here? Lo aneh, Ren. This isn't usual you. Dari awal juga lo tahu ‘kan gimana hubungan gue sama temen-temen gue?”
“But now you're mine, Chell. You must respect me as your boyfriend. Lo jangan deket-deket terus sama temen cowok-cowok lo itu,” debat Daren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Ficção AdolescenteKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...