Happy reading, Love. ✨
"Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Akan tetapi, ketika tahu orang yang kamu cintai telah memiliki pasangan lebih baik berhenti mencintainya."
[ ;ɞ ]
Pagi itu seorang laki-laki tampan dengan seragam putih abu-abu membuka knop pintu memperlihatkan keadaan gadis manis yang masih terlelap. Ia mendekati gadis manis itu, membelai rambutnya lembut sambil terus menatap elektrogafi yang menampilkan melemahnya denyut jantung itu.
"Cepat sembuh, I promise to always be there for you." ucapnya mencium tangan kanan Rachell yang tak diinfus.
"Eh Fajar, baru datang?"
Kedua bola mata elang itu hanya menatap datar manik coklat terang tersebut, kemudian ia hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.
Kadang Ana iri pada Rachell karena hanya dengan gadis itu pangeran kutub mencair. Lihat saja tatapan itu begitu teduh saat menatap paras ayu Rachell, sedangkan saat tadi menatapnya pandangannya begitu dingin dan hanya seperkian detik.
"Lo gak berangkat? Nanti lo telat," peringat Ana mengingat saat ini jarum jam hampir menunjukkan pukul tujuh pagi.
Fajar melihat arloji di tangan kirinya. Ah ya ia melupakan waktu. "Titip Rachell."
"Pasti."
Fajar menatap sejenak paras ayu itu, sesak rasanya melihatnya. Ia berharap kondisinya segera stabil. Puas memandangi wajah Rachell, Fajar pergi begitu saja. Langkah jenjangnya tampak begitu cepat melewati koridor-koridor rumah sakit.
•°• ;ɞ •°•
Akhirnya bel pulang sekolah telah berbunyi, Galang begitu bersemangat. Sedari tadi ia tidak fokus. Pikirannya terus tertuju pada seorang gadis manis yang tengah terbaring lemah di rumah sakit.
Kini Fajar, Galang, dan Langit pergi untuk menjenguk Rachell. Mereka bertiga memasuki ruangan yang tak asing untuk dikunjungi. Di dalam sana, gadis manis itu telah bangun dari tidurnya. Tampak ia tengah serius menonton serial kartun kesukaannya hingga tidak menyadari kedatangan ketiga laki-laki tampan itu.
"Selamat siang, Kanjeng Ratu," sapa Galang yang membuat Rachell menoleh ke arah ketiganya.
Rachell tersenyum manis, akhirnya ia tak akan kesepian dan bosan.
"Cepet sembuh, kelas sepi gak ada lo. Gak ada yang gue gangguin," oceh Galang mengacak-ngacak rambut Rachell.
"Kerjaan lo bolos ya seharian tadi,” ujar Langit mengadu.
Rachell menatap tajam Galang karena aduan Langit. "Hehe, nih gue bawain buah apel merah kesukaan lo."
"Mau!" seru Rachell berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Teen FictionKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...