Happy Reading ✨
"Beberapa hal tidak masuk akal
kerap kali dilakukan untuk tetap hidup."[ ;ɞ ]
Masih cukup malam untuk kedua bola mata sendu itu terbuka. Beberapa kali ia memerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang ada. Saat pandangannya telah pulih tubuh mungil itu mencoba bangkit mengingat apa yang terjadi.
Ia menatap benda kecil yang memantulkan gambar dirinya. Cermin kecil dengan desain unik, tutupnya berwarna merah maron dengan beberapa hiasan cantik dan jangan lupa inisial 'R' dia belakang cermin.
R, berarti Ratu. Panggilan spesial dari seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya. Ia mengaca, melihat wajah pucat dengan mata sebam yang tidak mengurangi kecantikan wajahnya.
Dia tersenyum, membayangkan suatu hal yang mungkin terbilang cukup gila? Ya katakan Rachell adalah gadis gila yang membuat perjanjian dengan cermin. Cermin yang sudah menemaninya tujuh tahun lamanya.
'Cermin itu adalah hidupnya', bukan, bukan berarti dia tidak dapat hidup tanpa cermin. Kata itu, merujuk pada benda kecil antik tersebut. Dia masih mengingat betul, kejadian tujuh tahun lalu. Saat dia hampir kehilangan jiwanya. Janjinya pada sebuah cermin unik di genggamannya.
"Hidupku adalah cermin itu, dia pecah artinya semuanya berakhir," ucap anak perempuan berumur sepuluh tahun itu dengan menggenggam erat sebuah cermin.
"Maksudnya?" tanya bocah laki-laki yang senantiasa menatap wajah cantik anak perempuan itu.
"Aku akan menjaganya dan akanku pastikan dia tidak akan pernah pecah sebelum hidupku berakhir karena cermin ini yang bakal bawa aku pada Tuhan," terang gadis itu santai yang semakin membuat bocah laki-laki itu bingung.
"Bagaimana jika aku mengambilnya lagi?"
"Itu artinya kamu mengambil jiwaku juga. Aku akan selalu menjaganya, enggak ada yang bisa mengambilnya dariku." Bocah laki-laki itu tersenyum, anak perempuan itu memang sangat keras kepala.
"Bagaimana jika hilang?"
Ia tampak berpikir sejenak, ah dia melupakan akan hal itu. Apakah jiwanya juga akan hilang ketika cermin itu hilang?
"Mungkin perjanjian itu akan hilang juga," lirihnya pasrah. "Tapi kamu gak boleh mengambilnya," lanjutnya.
Bocah itu tersenyum, mana tega dia mengambil barang berharga milik anak perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Fiksi RemajaKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...