23. Pertengkaran

29 3 0
                                    

Happy reading, Love. ✨

"Dalam suatu hubungan, pertengkaran adalah hal wajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dalam suatu hubungan, pertengkaran adalah hal wajar. Akan tetapi jika pertengkaran terjadi terus menerus, itu tidak wajar."

[ ]

Sore itu Rachell sedang asyik bersantai di pinggir kolam renang dengan kaki yang ia cemplungkan ke air sedalam semata kaki. Seharusnya hari ini ia akan jalan dengan Daren, tapi laki-laki itu mendadak membatalkan janjinya karena ada urusan mendesak.

Rachell tidak terlalu mempersalahkannya, ia sedang bermain air menatap kosong dinding yang berjejer koleksi tanaman milik Grazella. Suara derap kaki melangkah terdengar membuat Rachell menoleh guna melihat siapa yang datang. Ternyata Alfano yang baru saja pulang dari kantor menghampiri Rachell.

“What are you doing here? Lebih baik masuk ke kamar dan belajar,” titah Alfano.

“Lesya hanya ingin mencari udara segar sejenak,” balas Rachell.

Alfano menatap tubuh putri sulungnya  yang semakin hari semakin mengurus. Paras ayu milik Rachell itu seperti duplikat wajah Alfano. Mata hazel yang indah, hidung mancung, serta alis tebal. Rambut kecokelatan alami milik Rachell juga turunan darinya.

“Kamu ingin pergi ke mana?” tanya Alfano saat menyadari jika sebenarnya penampilan Rachell rapi seperti ingin pergi.

“Jangan terlalu banyak main, Lesyaqueen. Lebih baik kamu di rumah saja, belajar,” sambung Alfano.

“Lesya gak ke mana-mana, Pa. I had intended to go with Daren, but he suddenly couldn't,” jawab Rachell jujur.

Setelah membuat kesepakatan dengan Alfano, Rachell memang diizinkan berpacaran dengan syarat nilai gadis itu tidak boleh turun dan harus terus meningkat. Hal itu bukan masalah yang besar, apalagi Daren juga bisa menjadi partner belajar Rachell. Jadi berpacaran dengan laki-laki itu tidak akan membuat nilainya turun.

“Bagus. Berulang kali juga saya ingatkan agar kamu tidak perlu membuang waktumu untuk hal-hal yang sia-sia.”

Rachell bangkit dari duduknya. Ia menatap Alfano tulus, sejahat apa pun pria itu kepada Rachell, ia akan tetap menyayangi Alfano dan menganggapnya menjadi seorang ayah yang terbaik.

“Papa, don't worry about Lesya's grades. Ya sudah Lesya mau pergi ke kamar untuk belajar. Papa pasti capek baru pulang kantor, jangan lupa istirahat ya, Pa. Maaf kalau Lesya udah menyusahkan papa terus,” tukas Rachell kemudian melenggang pergi.

Alfano melihat tubuh Rachell yang mulai menjauh. Ia menghela nafas panjang, belasan tahun mencoba untuk menerima semuanya tapi masih terasa sesak dan susah.

HipotimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang