17. Homeschooling

49 8 0
                                    

Happy reading, Love. ✨

"Harus sedalam apa lukanya agar bisa segera pergi dengan tenang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harus sedalam apa lukanya agar bisa segera pergi dengan tenang?"

[ ;ɞ ]

Kedua iris hazel milik Rachell telah terbuka sejak satu jam yang lalu. Saat ini gadis itu tengah menatap kosong ke bawah sana. Hiruk pikuk ibu kota bisa dilihat dari kamar rawat inap Rachell berada, sudah setengah jam ia belum beranjak dari sana.

“Queen, it’s time to lunch and take your medicine,” peringat Fajar datang membawa nampan jatah makan siang Rachell.

Tidak ada respons dari Rachell, tubuh ramping itu masih belum bergerak dengan mata yang masih menatap kosong jalanan ibu kota. Fajar meletakkan makan siang Rachell di nakas samping brankar gadis itu, ia menepuk pelan bahu Rachell guna menyadarkan gadis itu. Sekilas Rachell menoleh, tapi akhirnya ia kembali mengacuhkan Fajar.

“Aku gak mau home-schooling,” ucap Rachell yang akhirnya bersuara.

Fajar menghela nafas pelan. Sesaat gadis itu tadi telah sadar, dokter memeriksa Rachell dan mengutarakan ke gadis itu jika sebaiknya Rachell melakukan home-schooling untuk kesehatan gadis itu. Apalagi mengingat kondisi Rachell yang semakin hari semakin melemah.

“Kita bicarakan itu nanti. Sekarang kamu makan dan minum obat,” ujar Fajar membujuk Rachell.

Galang dan Langit datang membawa makan siang untuk mereka bertiga yang menjaga Rachell. “Aku mau makan itu,” tunjuk Rachell pada makanan yang ditenteng oleh Langit.

“Gak ada, lo harus makan makanan rumah sakit,” larang Langit tegas.

“Kamu makan ini dulu, ya. This is your favorite menu,” bujuk Fajar menunjukkan menu makan siang Rachell.

“Aku mau burger!”

“You can eat burgers when you're cured,” ucap Galang.

Rachell mendengus kesal. “Kaya gue bisa sembuh aja,” celetuk Rachell kesal.

Rachell kembali ke brankar tempat tidurnya. Ia menatap makanan yang ada di hadapannya. “Aku suapin, ya?” tawar Fajar.

Rachell mengangguk singkat, kemudian Fajar mulai menyuapkan makanan Rachell. Baru tiga suapan tapi Rachell sudah menolak suapan yang ada di tangan Fajar. Bibir mungil itu ia tutup dengan tangan kanannya yang tidak dipakaikan infus.

“Kamu baru makan tiga suap, Queen.”
Rachell tetap kukuh menutup mulutnya.

Langit menghampiri brankar Rachell, ia mengambil alih sendok dan piring Rachell. Saat ini laki-laki itu duduk di hadapan Rachell, kedua iris hazel Rachell menatap Langit kesal ia masih mencoba untuk menolak suapan dari Langit.

HipotimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang