Happy reading, Love ✨
"Banyak orang yang pandai berpura-pura, termasuk tetap bersikap baik padahal sangat membenci orang yang sedang berada di hadapannya. Bukan munafik, itu hanya contoh kecil dari memanusiakan manusia."
[ ;ɞ ]
Pagi ini Rachell telah siap dengan seragam sekolahnya. Hari ini akan menjadi hari terakhirnya sebelum ia akan berangkat ke Amerika untuk melakukan pengobatan di sana. Akan tetapi karena ego Grazella yang masih sulit diruntuhkan, Rachell harus kembali berpura-pura untuk menutupi semuanya.
Surat izin yang diberikan saat ini bukan untuk pengobatan, melainkan ia pergi ke Amerika untuk menjalani pertukaran pelajar di sana. Untung saja nilai serta prestasi Rachell cukup memadai, jadi tidak sulit baginya mengikuti kegiatan tersebut. Semua telah diatur oleh Pratama, nantinya di sana Rachell akan ditemani oleh Gempita dan Heera.
Rachell menatap tubuhnya yang semakin kurus dari pantulan cermin. Pagi ini wajahnya harus dipoles tipis dengan makeup agar tidak terlihat pucat. Senyum kecil ia paksakan untuk tercetak di paras ayunya. Tiga bulan, semoga saja itu cukup untuk memberikannya harapan.
“Opa, it turns out mama still hates Lesya that much. Apa nanti Lesya bisa merasakan sehari saja untuk mendapatkan kasih sayang mama sebelum Lesya mati?” lirih Rachell berbicara pada dirinya sendiri di depan cermin.
Rasa kecewa tentunya hadir dalam benak Rachell karena Grazella dan Alfano tidak dapat menemaninya berobat. Akan tetapi Rachell masih bersyukur karena memiliki Gempita, Heera, serta Elmira. Tiga wanita itu sudah benar-benar seperti ibunya, meski tetap kasih sayang Grazella yang paling ia nantikan.
Suara decitan pintu membuat Rachell menoleh. Gadis dengan warna rambut amber ombre berdiri di ambang pintu tersenyum kecil ke arahnya. “Ayo kita sarapan bersama,” ajak Ana.
Rachell mengangguk singkat, ia mengambil tas serta ponselnya yang berada di atas meja belajar. Kaki panjangnya menuruni anak tangga dengan hati-hati. Di meja makan, semua keluarganya telah berkumpul. Grazella dan Alfano juga telah siap dengan jas kantor mereka.
“Kamu ke Amerika bukan hanya untuk pengobatan, tapi untuk mengikuti pertukaran pelajar juga. So, don't be lazy there. Belajarlah dengan serius agar bisa membanggakan kami,” tukas Grazella tegas.
Rachell hanya tersenyum kecut mendengarnya. “Iya, Ma.”
“Biaya untuk pengobatan kamu di sana tidak murah, Lesyaqueen. Don't let it go to waste,” peringat Alfano.
“Iya, Pa. Mama sama papa nanti akan jenguk Lesya, ‘kan?”
“I don’t know, I’ve got a lot on my plate. Saya sedang mempersiapkan untuk Milan Fashion Week,” balas Grazella.
“Mama hebat, semoga sukses untuk acaranya,” puji Rachell tulus.
“Kalau papa gimana?”
“Tidak tahu,” timpal Alfano mengedikkan bahunya acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
Teen FictionKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...