33. Butuh Waktu Sendiri

22 1 0
                                    

Happy reading, Love ✨

"Keegoisan salah satu pihak kerap menjadi boomerang bagi sebuah hubungan."

[ ;ɞ ]

Ini sudah hari ketiga Daren tidak ada kabar. Absen laki-laki itu alfa dari lusa lalu, jika hari ini ia kembali alfa maka orang tua Daren bisa dipanggil ke sekolah. Sepasang iris hazel menatap bangku kosong di sampingnya itu dengan nanar, helaan nafas panjang sudah keempat kali terdengar.

Sosok tubuh jakun berdiri di ambang pintu membuat lamunan Rachell terjaga. Senyum simpul di bibir kecilnya, saat tubuh itu mendekat Rachell menyambutnya dengan riang. Sayangnya tidak ada respons dari laki-laki itu, ia bahkan hanya melirik sekilas gadis yang begitu excited menyambutnya.

“Kamu ke mana aja? Kenapa semua sosmed kamu gak aktif? You're okay, right?" Rentetan pertanyaan Rachell cerca ke Daren membuat laki-laki itu mendesis kesal.

“Shut up, kupingku sakit dengar suara kamu,” gerutu Daren.

Rachell terdiam. Dia kembali menarik tubuhnya dan fokus ke depan. Bel masuk berdering, pelajaran pertama pun dimulai. Rachell juga lebih banyak diam dan tidak terlalu aktif di kelas, sesekali ia melirik ke arah Daren. Laki-laki itu tampak acuh, bahkan dingin terhadapnya.

Saat bel istirahat berbunyi juga Daren tampak acuh meninggalkan kelas. Rachell masih sibuk mencatat, ia terkesan tidak terlalu memedulikan Daren akan tetapi isi pikirannya penuh dengan laki-laki itu.

“Daren ke mana, Chell?” tanya Langit beranjak dari tempat duduknya hendak pergi ke kantin.

Rachell menggeleng lemah. “I don’t know, mungkin mau ke kamar mandi.”

“Drama apa lagi kali ini?” tuding Galang.

“Hubungan kita baik-baik aja, Lang,” balas Rachell.

“Lo gak ke kantin?” tanya Langit.

Rachell menggeleng lagi, nafsu makannya hilang karena sikap Daren hari ini. “Masih banyak yang harus gue catat,” kilah Rachell.

“Mau gue beliin apa?” tawar Langit.

“Lo harus makan, Chell. Ingat kata dokter,” peringat Galang.

“Roti aja, ya?” Galang dan Langit mengangguk singkat.

“Lo mau gue suruh Fajar temenin lo?” tawar Galang.

“Gak perlu, Fajar lagi sibuk urus organisasi. Dia ‘kan mau lengser dari jabatannya, nanti ganggu Fajar,” tolak Rachell.

“We’ll be right back, kita beliin makan siang dulu buat lo,” putus Galang.

Galang dan Langit melenggang pergi, sementara Rachell melanjutkan kegiatannya mencatat. Di sela-selanya mencatat, tiba-tiba saja Daren datang melempar kantung kertas berisi roti serta susu pisang ke arah Rachell. Rachell cukup terkejut dengan tindakan kasar Daren tersebut.

HipotimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang