Happy reading, Love ✨
"Membiarkan lawan merasa menang padahal mereka sedang terjebak dalam permainannya sendiri itu menyenangkan."
[ ;ɞ ]
3 bulan lalu.
Seorang laki-laki dengan hoodie berwarna hitam itu baru saja datang menghampiri ketujuh gadis yang sedang berbincang asyik. Mereka menyambut kedatangan laki-laki itu dengan iris berbinar dan senyum lebar. Salah seorang di antara mereka yang berpenampilan paling menonjol menggeser tubuhnya memberi ruang untuk laki-laki itu duduk.
“Gimana tadi? Lo jadi putusin Rachell, ‘kan? Dia nangis sambil mohon-mohon minta jangan diputusin gak?” tanyanya mendesak.
Daren menghela nafas panjang. “Don't you think this is too much?” lirihnya sedikit menyesali.
“What do you mean? Jangan bilang lo mulai jatuh cinta sama gadis sialan itu,” murka Jihan.
“Gue gak cinta sama Rachell, gue cuman ngerasa kasihan aja,” kilah Daren.
“So, how was it?” tanya Kejora kembali.
“Rachell awalnya emang nolak gak mau putus, tapi akhirnya dia iyain gitu aja. Gue rasa gagal deh, dia gak mungkin secinta itu sama gue,” urai Daren.
“I guess you're wrong, Rachell pernah cerita ke gue kok kalau dia cinta banget sama lo. She must have been devastated by losing you,” timpal Kejora.
Kejora mulai mengeluarkan sepuluh lembar uang berwarna merah dan memberikannya pada Daren. “I appreciate it. Gue anggep lo berhasil, nih duit taruhan gue.”
Keenam gadis lain juga mulai mengeluarkan uang mereka dan memberikannya pada Daren. Di lain sisi, Galang dan Fajar melihat itu semua. Tangan Galang mengepal kuat, saat ia hendak masuk dan menghajar Daren, Fajar mencegahnya.
“Don't be rash, Lang. Justru kalau sekarang lo hajar Daren mereka akan merasa menang. Gue punya rencana yang lebih seru untuk membalas semua perilaku iblis itu,” tukas Fajar menarik Galang pergi dari sana.
•°• ;ɞ •°•
Langit menatap Rachell yang berada di ruang ICU sendu, dokter mengatakan kesadaran gadis itu menurun dan saat ini Rachell tengah mengalami koma. Ini bukan yang pertama kalinya keadaan gadis itu seperti ini, tapi tetap saja Langit selalu takut dengan kondisinya.
Galang dan Fajar baru saja kembali, Langit bisa melihat raut amarah di wajah Galang dengan tangan laki-laki itu yang masih terkepal. Berbeda dengan Galang yang terlihat emosi, di sampingnya Fajar justru tampak tenang tapi tatapan laki-laki itu tampak tajam dan menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipotimia
JugendliteraturKenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna. Semua kisah pasti memiliki luka. Tuhan menciptakannya dengan sebuah senyuman indah dengan lesung pipi di pipi kanannya, tapi semesta justru merenggut senyumannya. Berpura-pura seakan tidak...