43. Mainan

2.9K 212 0
                                    

Alex menelungkupkan kepalanya tepat disamping brankar Mila, ia menggenggam tangan Mila dengan erat.

Nathan yang melihat itu hanya mendengus. Ia menatap Ela yang tertidur dengan posisi duduk disampingnya. Ia tersenyum kecil melihat betapa cantiknya makhluk yang ada disampingnya itu. Teringat sesuatu ia pun kembali menatap punggung Alex

"Lex, lo udah ngasih tau orang tua Mila?" Tanya Nathan penasaran. Sedari tadi ia tidak melihat ada orang tua yang menjenguk Mila dari saat di ruang ICU sampai pindah di ruang VIP ini.

"Hngg? Udah, mereka lagi diluar negeri, katanya langsung pulang. Besok udah sampe di Jakarta" Jawab Alex dengan suara seraknya, ia mendongakkan kepalanya menatap wajah damai Mila yang tengah tertidur-----lebih tepatnya tak sadarkan diri.

Ia sedikit meringis ketika melihat luka-luka yang ada di wajah Mila yang kini sudah terjahit. Perban di kepala gadis itu menambah kesan menyakitkan baginya. Siapa orang yang tega memperlakukan gadis baik seperti Mila sampai seperti ini?

Alex membelai pelan pipi Mila, dengan penuh hati-hati agar tidak menyentuh luka yang masih basah.

"Cepet sembuh Mil" Bisiknya dengan lirih tepat ditelinga Mila. Kemudian ia kembali menelungkupkan kepalanya dan mulai memejamkan matanya

-----

Ela mengerjapkan matanya berkali-kali ketika cahaya lampu yang memasuki indra penglihatannya. Ia menoleh ke samping saat ia merasakan bahunya berat. Nathan tengah tertidur di bahunya dengan pulas.

Ia memandangi wajah itu, wajah tampan tanpa celah bak dewa Yunani. Ia tak munafik untuk mengakui bahwa Nathan sangatlah tampan.

Kemudian ia mengambil handphonenya lalu menyalakannya, ternyata sudah pukul satu dini hari. Ahh karena kehabisan energi ia sampai lupa ada mainan di markasnya.

Ia menepuk bahu Nathan pelan, terpaksa ia mengganggu tidur cowok itu.

"Nath, bangun" Bisiknya dengan lirih.

"Eunghh~" Nathan melenguh pelan, ia mengerjapkan matanya dan menatap Ela dengan sayu.

"Kenapa?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Gue mau pulang, lo nanti kasih tau Alex kalo dia udah bangun" Ucap Ela sambil berdiri dan memakai jaketnya. Nathan melihat arloji ditangannya. Seketika ia membelalak terkejut. Seriously? Jam satu dini hari Ela mau pulang?

"Mau gue anterin? Ini tengah malem loh El" Tawar Nathan, Ela hanya memutar bola matanya malas

"Nggak usah, ini pagi, bukan malem" Ucap Ela dingin setelah itu ia keluar dari ruang rawat ini.

Ia menyusuri koridor rumah sakit yang sepi ini dengan pelan tak lupa ia juga tengah memainkan handphonenya

Sampai seseorang yang menepuk pelan bahunya membuatnya terhenti. Ia langsung menarik tangan itu dan memelintir nya ke belakang

"Arghs, sakit! Ini saya. Dokter Rian. Lepas!" Ringis pria itu saat tangannya yang ditekan oleh Ela

Ela lalu melepas pelintiran nya dan menatap dokter muda di depannya itu dengan bingung.

"Refleks yang bagus, Ela kan?" Ucap dokter itu, Ela hanya mengangguk pelan.

"Mau kemana kamu? Ini masih malam kamu udah keluyuran" Ela hanya memutar bola matanya malas

"Ini pagi" Jawab Ela dingin, ia pun kembali melanjutkan jalannya diikuti sang dokter muda yang ikut jalan di sebelahnya

"Mau kemana kamu?" Tanya dokter Rian lagi kala pertanyaan pertama tak di jawab oleh Ela

[1]  AMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang