Epilog [2]

4.5K 284 33
                                    

Ciee yang digantungin. Gimana rasanya digantungin? 😙😂

****

Tuk

Tuk

Tuk

Tuk

Pria berpakaian serba hitam itu mengetukkan jarinya pada meja yang ada dihadapannya. Tatapan pria itu tajam, menatap semua pria berbadan kekar dengan dingin

"Culik paksa Deci dan Damian, bawa mereka ke gedung kosong di ****! Sekarang juga!" Perintahnya tak terbantahkan, semua pria berbadan kekar itu menunduk takut pada sang 'tuan'

"Jangan meninggalkan bukti sedikitpun, lakukanlah dengan bersih, seperti biasanya" Lanjut pria itu, lalu ia mengibaskan tangannya membuat semua pria berbadan kekar itu menunduk hormat dan pergi dari ruangan pengap ini.

Pria itu berdiri dari duduknya. Matanya memandang foto anak kecil itu dengan tajam

"Sebentar lagi, Ela"

⚔⚔⚔⚔

Pria berpakaian formal itu memasuki kantornya dengan angkuh, semua karyawan otomatis membungkuk ketika pria itu melewati mereka. Wajah dingin nan datarnya membuat kadar ketampanannya semakin meningkat.

Ia mengendurkan dasi yang melilit lehernya, lalu membuka pintu ruangan kerjanya. Ia meletakkan tas kerjanya dimeja dan duduk dikursi kebesarannya

"Aditya!!" Teriaknya dengan lantang, tak lama seorang pria muda dengan pakaian formal memasuki ruangannya dengan panik

"Ada apa tuan?" Tanya pria itu dengan sopan. Ia menunduk hormat

"Kosongkan semua jadwal ku hari ini" Perintah pria itu dengan bossy. Ia mengangkat kakinya dan menjatuhkannya di meja, ia menatap sekretaris nya dengan dingin

"Ma-maaf tuan, tapi bukannya sekarang ada rapat penting dari perusahaan asal Ame----"

"Tutup mulutmu dan laksanakan tugas yang aku berikan!" Sentak pria itu membuat tubuh sekretaris nya seketika menegang

"Ba-baik tuan, sesuai keinginanmu" Ujarnya dan ia pun langsung menunduk hormat keluar dari ruangan bos nya.

Pria itu menghela napasnya, ia mengeluarkan handphonenya dari saku jasnya. Lalu menyalakannya dan mendial nama seseorang

"....."

"Jangan batalkan seluruh rencana yang Ela buat, selesaikan semuanya secepatnya. Hari ini harus selesai!"

"......"

"Tidak ada tapi-tapian atau nyawa kalian sebagai taruhannya!"

Tut

Pria itu melempar asal handphonenya, ia memijit pelipisnya dengan pelan, lalu tak lama ia menyeringai lebar

"Malam ini, Ela"

⚔⚔⚔⚔

Hari sudah sore, terlihat Damian dan Deci tengah mendorong troli yang berisi kebutuhan nya.

"Ma! Buat makanan kesukaan Mila. Bujuk dia agar tidak bersedih lagi. Aku lelah mendengarnya menangisi anak sialan itu" Ucap Damian sambil mengusap wajahnya gusar

"Tanpa papa suruh mana bakal lakuin itu. Mela benar-benar pembawa sial! Saat dia mati aja Mila masih mikirin dia!" Balas Deci sambil mendengus keras.

Ia memilih barang-barang yang akan dibeli, lalu setelah troli nya terisi penuh, ia berjalan menuju kasir.

[1]  AMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang