5. Rencana Misterius

7.1K 473 9
                                    

Hari berhari berlalu menjadi Minggu, Minggu berlalu menjadi bulan. Tak terasa pertemanan antara Gerald dan Mela kini berubah menjadi persahabatan. Mela dan Gerald semakin dekat tiap harinya. Seperti contoh, Gerald menunggu Mela di gerbang sekolah ketika Mela belum masuk sekolah, Gerald menemani Mela ketika istirahat. Dan yang pasti Gerald melindungi Mela dari Tasya dan Lily yang tidak akan pernah puas membully Mela

Pagi ini Mela berjalan dengan Mila disampingnya menuju gerbang sekolahnya, berniat menemui Gerald yang biasanya menunggunya disana.

Tapi senyumannya seketika lenyap ketika ia tidak mendapati Gerald disana. Ia mencoba berpikir positif.

"Pasti Gerald belum berangkat" gumamnya sambil berhenti tepat didepan gerbang sekolahnya

"Mila, kamu masuk dulu ya, aku mau nunggu Gerald dulu" ucapnya pada kembarannya. Mila yang melihat itu hanya mengangguk lantas ia pergi meninggalkan Mela yang berdiri sambil menatap jalanan

Lima belas menit telah berlalu, tapi tak ada tanda-tanda kedatangan Gerald. Mela melihat arloji ditangannya, sudah hampir pukul tujuh. Mela menatap khawatir jalanan. Apa yang terjadi dengan Gerald? Apa dia sakit?

"Neng, masuk atuh. Gerbangnya mau ditutup" ucap satpam sekolah membuat Mela tersentak

"Ah iya pak" jawab Mela dan iapun masuk, bertepatan dengan bel sekolah yang berbunyi nyaring.

*****

Pelajaran telah dilalui Mela, tapi semua itu seperti berlalu begitu saja. Ia tidak fokus sekarang, pikirannya sedang memikirkan sahabatnya, Gerald. Apa Gerald sedang pergi? Atau Gerald sakit? Semua pertanyaan itu terlintas dikepalanya

Sampai bel istirahat berbunyi, Mela pun langsung berdiri dari duduknya dan ia pun berlari menuju kelas Gerald berharap sahabatnya itu ada.

"Per-permisi, Ge-gerald nya a-ada?" Tanya Mela gugup sambil menunduk ketika ia bertemu seseorang yang sekelas dengan Gerald

"Gerald udah pindah, emang kamu nggak tau?" Ucap anak perempuan yang Mela tanyai itu membuat Mela seketika mendongakkan kepalanya

"Pi-pindah? Kemana?" Tanya Mela menatap anak perempuan itu

"Mana aku tau! Mungkin Gerald udah nggak mau sahabatan sama kamu, makanya dia pindah" ucap anak itu sinis sambil berlalu meninggalkan Mela yang terdiam

Gerald pindah? Sahabatnya sudah tidak ada disisinya lagi? Dan itu tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Seharusnya dulu ia tidak bersahabat dengan Gerald! Ia kecewa? Sangat, sangat kecewa, sahabatnya sudah meninggalkannya tanpa kabar. Ia ingin marah. Tapi kepada siapa. Semua mulai menjauhinya, termasuk sahabatnya yang sudah ia percayai tidak akan meninggalkannya

Mela berjalan menyusuri koridor dengan menundukkan kepalanya menahan air matanya yang ingin turun. Ia yang baru saja menjalin persahabatan dengan seseorang kini kandas tanpa alasan yang jelas

Langkah Mela terhenti kala ada dua orang yang menghadangnya, ia mendongakkan kepalanya dan mendapati wajah Lily dan Tasya yang sedang tersenyum sinis sambil bersedekap dada

"Kasian, yang ditinggal sahabatnya tanpa kabar" cibir Tasya sambil berjalan mendekati Mela yang diam tak berkutik

"Kan udah aku bilang, kamu tuh nggak pantes punya temen. Nggak ada yang mau temenan sama anak jelek kek kamu. Kalau pun ada pasti itu karena kasihan" ucap Tasya penuh penekanan sambil menekan pipi Mela dengan kuat

"Lily, Jambak dia" perintah Tasya sambil menatap Lily yang sudah tersenyum dengan lebar

"Tahan ya, ini nggak sakit kok" ucap Lily dengan lembut dibelakang tubuh Mela yang masih diam tak berkutik

Perlahan tapi pasti tangan lentik Lily mendarat di atas kepala Mela, dengan sekuat tenaga Lily pun menjambak rambut Mela membuat sang empu berteriak kesakitan

"AWWWW, sakit!" Teriak Mela sambil menangis membuat Tasya maupun Lily tertawa melihatnya

Gerald, tolong aku! Batinnya berteriak memanggil nama sahabatnya

"To....long...... Le.....pas" rintih Mela kesakitan sambil menatap Tasya memohon

"Nggak mau, sampai kamu pingsan baru kita lepasin" ucap Tasya sambil memeletkan lidahnya, mengejek Mela yang sudah kesakitan sambil meronta-ronta

"Ada apa ini?" Tanya seseorang membuat kerumunan anak-anak menyingkir, memberi jalan agar sang pemilik suara mendekat kearah Tasya dan Lily yang sedang membully Mela

"Mela" beo anak itu dengan mematung membuat Mela yang dengan sisa air matanya menoleh kearahnya

"Mela kamu kenapa?" Tanya anak itu dengan khawatir sambil menghampiri Mela yang masih diam tak bergeming dengan air mata yang masih turun

"Kalian berdua apain Mela?" Tanya Mila sambil menatap tajam Tasya dan Lily

Lily dan Tasya hanya diam tak berkutik mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir mungil Mila, ini semua diluar rencana mereka, mereka tidak menyangka Mila berada disini.

"Kalian bully Mela?" Tanya Mila dengan terkejut

"Kita pulang Mela" ajak Mila sambil menuntun Mela menjauhi kerumunan, saat Mila berhadapan dengan Tasya ia dengan sengaja mendorong bahu Tasya membuat Tasya mundur kebelakang

*****

"Jadi selama ini kamu di-bully sama Tasya dan Lily?" Beo Mila terkejut

"Tapi, Gerald selalu nyelamatin aku kalau dibully Tasya" ucap Mela dengan sendu membuat Mila berjalan mendekatinya

"Emang Gerald kemana?" Tanya Mila sambil mengusap bahu Mela dengan lembut

Perlahan tapi pasti air mata yang sudah Mela tahan mati-matian agar tidak turun pun turun dengan indahnya membuat Mila yang melihatnya menjadi khawatir

"Mela kenapa? Kok nangis, Gerald jahatin Mela?" Tanya Mila lembut sambil mengangkat dagu Mela membuat mereka bertatapan, lalu ia menghapus air mata yang turun dipipi Mela

"Ge-gerald pergi, Ge-gerald u-dah nggak ada di-samping Mela hiks hiks" ucap Mela sesenggukan

"Emang Gerald pergi kemana?" Tanya Mila yang masih bingung

"Me-mela nggak tau, Ge-gerald ninggalin Mela, Gerald udah nggak ada di-samping Mela" tangis Mela membuat Mila langsung memeluk adik kembar tak seidentiknya

"Jangan sedih, kan masih ada Mila, papa, sama mama" hibur Mila sambil menepuk-nepuk punggung Mela yang bergetar 

Mela hanya menganggukkan kepalanya meski didalam hatinya ia sedang bertanya-tanya, mengapa semua orang meninggalkannya? Apa yang dikatakan Mila itu benar, jika dia, mama dan papanya akan selalu ada disampingnya? Ia rasa tidak, tidak akan pernah. Mengingat semua yang dilakukan orang tuanya kepadanya. Mereka seperti membencinya. Gerald? Dia menyesal telah mengenal dan bersahabat dengan Gerald? Dia menyesal. Mela sangat menyesal

Tanpa Mela dan Mila sadari dua orang sedang mengintip mereka dari celah pintu yang terbuka

"Gimana ini pa, ini nggak bisa dibiarin?" Ucap salah satu diantara mereka dengan khawatir sambil menatap lawan bicaranya

"Kita harus melakukan rencana itu" lanjut orang itu seraya menggenggam tangannya kuat-kuat

"Tapi ma, dia kan anak kita" ucap lawan bicaranya dengan sendu

"Papa nggak dengar apa kata peramal itu, dia pembawa sial. Kalau dia nggak pergi dari hidup kita, kita akan terkena masalah terus menerus" ucap orang itu membuat lawan bicaranya termenung

"Mama benar, besok kita ke taman. Kita bakal buat dia pergi dari hidup kita. Tapi kita harus mengorbankan anak kita"

"Maksud papa"

Lawan bicaranya pun membisikkan sesuatu pada orang itu, orang itu dengan ragu mengangguk dan mereka pun berjalan meninggalkan kamar Mela








******

Hay Hay Hay ketemu lagi kita guys

Jangan lupa vomentnya sebanyak-banyaknya

See you next part

[1]  AMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang