50. Penyerangan

2.5K 208 5
                                    

"Ck! Masa Ela ngisi data sama data yang nggak valid sih?!" Decak Alex sambil mengacak rambutnya frustasi. Lalu ia langsung turun dari mobil ketika ada seseorang yang melintas

"Emm, permisi pak, saya mau tanya. Apa bener ini di Jl**** nomor***?" Tanya Alex membuat Nathan yang masih didalam mobil seketika ikut keluar juga

"Oh iya dek, ini alamatnya. Ada perlu apa ya kalian ke sini?" Jawab bapak-bapak itu sambil menatap kedua cowok yang masih memakai seragam sekolah lengkap

"Emm disini ada rumah nggak pak? Saya mau cari alamat rumah temen saya" Tanya Alex berusaha meredam rasa kesalnya

"Nggak ada dek, ini kan lahan kosong, disini nggak ada rumah" Jawab bapak itu membuat Alex menghela napasnya

"Kalau gitu makasih infonya pak, maaf mengganggu" Ucap Alex sopan lalu ia kembali masuk kedalam mobilnya diikuti Nathan

"Ck!" Decak Alex kesal sambil meremas kertas itu, ia membuang asal kertas itu kearah kaca mobilnya yang terbuka

"Terus? Sekarang gimana? Ela ada dimana?" Tanya Nathan membuat Alex mengalihkan atensinya kearah samping. Ia menghela napasnya pelan lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan

"Nggak tau, lo nggak tau gitu dia pernah kemana? Atau dia ketemu siapa aja?" Tanya Alex

"Nggak tau, Ela terlalu tertutup" Jawab Nathan dengan mengacak rambutnya gusar

"Dia tertutup kek nyembunyiin sesuatu" Ucap Alex serius membuat Nathan menatapnya

"Atau jangan-jangan dia beneran Mela?!"

⚔⚔⚔⚔

"Ma, Mila kapan sih keluarnya, udah enam hari Mila dirumah sakit, Mila bosen" Adu Mila sambil mempoutkan bibirnya dan menatap Deci yang tengah fokus menonton TV dengan kesal. Deci mengalihkan atensinya pada putri kesayangannya, lantas ia tersenyum

"Kamu belum pulih sayang, tunggu beberapa hari lagi, pasti kamu boleh pulang" Ucap Deci dengan lembut membuat Mila berdecak pelan

"Mau pulang ma, disini sepi, nggak ketemu temen-temen" Ujar Mila sambil menggoyangkan lengan Deci

"Ssttt, jangan kebanyakan gerak, nanti perut kamu sakit" Peringatan Deci membuat Mila semakin mengerucutkan bibirnya

Mila lalu terdiam, tidak merengek lagi. Atensi Deci juga kembali teralih pada acara TV yang tengah ia tonton.

Lalu Mila menatap langit-langit kamar ruangan ini dengan tatapan kosong, tak lama degupan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, ia memegang dadanya lantas mengatur napasnya

"Kok perasaan gue nggak enak?"

⚔⚔⚔⚔

Bunyi suara keyboard yang ia tekan memecah keheningan malam yang sunyi ini. Seorang gadis tengah serius menatap layar laptopnya yang menyala. Tangannya dengan lihai menari diatas keyboard.

Suasana malam yang tenang membuat gadis itu khusyuk dengan aktivitasnya tanpa takut siapapun akan mengganggunya.

Ia menyeringai ketika ia telah selesai. Gadis itu menatap hasil karyanya yang dibantu anak buahnya yang ada di negara negara sebrang. Senyumannya kian lebar

"Finally" Ucap gadis itu sambil merenggangkan otot tangannya. Lantas ia meraih sebuah kalender kecil yang ada dinakas. Ia memandangi sebuah tanggal yang ia lingkari dengan tinta hitam

"Lebih cepat dari yang gue duga" Ucapnya dengan dingin, tapi seulas senyuman manis menghiasi wajah gadis itu

"But, ini lebih bagus. Jadi gue nggak bakal tinggal disini lebih lama lagi" Lanjutnya dengan mengambil sebuah tinta berwarna merah, lantas menandai angka 14 yang ada di kalender itu dengan seringai tipis

[1]  AMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang