29. Kelompok (2)

2.9K 235 5
                                    

"Eh buset dah susah amat nih peta" Keluh Nathan sambil menatap malas handphonenya yang menampakkan gambar peta yang akan mereka buat

"Ngeluh mulu lo" Sinis Alex sambil memutar bola matanya malas, kemudian ia mengeluarkan barang-barang yang ia dan Nathan beli dan meletakannya diatas meja yang ada dihadapannya

"Gini, kita bagi tugas ya, tugas gue nebelin gambar pake spidol, lo Lex warnai petanya, terus lo El, nggambar sketsa nya, gimana?" Usul Nathan membuat Alex memutar bola matanya malas, kemudian ia mengambil dua buah kacang yang ada dimeja dan melemparnya tepat diwajah Nathan

"Licik, bagian lo mudah" Cibir nya yang mendapat kekehan pelan dari Nathan.

Ela tak ambil pusing, ia menatap didepannya yang sudah ada kertas gambar ukuran A0, lalu ia mengambil pensil hendak mulai menggambar, tapi lagi dan lagi semua pergerakannya terhenti kala ia merasa risih memakai jaket tebalnya itu.

Alex yang sedari tadi memperhatikannya pun tiba-tiba ber celetuk

"Lepas aja si El, panas juga disini" Ucapnya membuat Ela seketika menatapnya datar dan dingin.

Lalu ia mengalihkan atensinya pada kertas gambar yang ada dihadapannya, kemudian ia menghela napasnya kasar, dan perlahan demi pasti ia melepas jaketnya dengan sesekali meringis pelan.

Alex yang melihat itu seketika membolakan kedua matanya terkejut

"ASTAGA!! TANGAN LO KENAPA?!!"

⚔⚔⚔⚔

Mila berjalan memasuki rumahnya dengan langkah gontai, ia menengok kekanan-kiri mencari mamanya itu.

"Ma!" Panggilnya setengah berteriak

"Disini sayang" Jawab suara sekrang wanita-----Deci, yang berada di ruang keluarga tengah menonton TV

Mila yang mendengar itu pun lantas berjalan menghampiri Sang ibu dan duduk tepat disampingnya, ia menyedekapkan kedua tangannya didadanya

"Kenapa?" Tanya Deci lembut sambil mengusap surai panjang milik putri kesayangannya, ia menatap wajah Mila yang cemberut.

Mila tak menjawab, ia langsung menerjang Deci dengan pelukan manjanya

"Ma" Panggil Mila terdengar ragu, Deci berdeham pelan sambil mengusap rambut putrinya itu penuh kasih sayang. Mila mendongakkan kepalanya, menatap wajah cantik wanita yang melahirkannya

"Kalo Mila bilang Mila ketemu Mela, mama percaya?"

⚔⚔⚔⚔

"Tugasnya dikerjain besok aja ya, kasian Ela, pasti sakit kan?" Celetuk Alex sambil menatap luka yang ada di kedua tangan Ela dengan sesekali meringis membayangkan betapa sakit dan perihnya tangan itu sekarang

"Nggak perlu" Bantah Ela dingin, ia tidak suka ada orang yang mengasihani nya, ia tidak suka jika ada orang yang melontarkan kata kasihan kepadanya, seolah menggambarkan dirinya itu lemah tak berdaya, padahal kan sama sekali tidak! Ia bahkan bisa membunuh dan melumpuhkan gengster terbesar kelima bukan??

"Tapi luka lo belum kering El" Ucap Alex yang merasa gemas. Sungguh! Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Ela saat ini, luka segitu dalamnya dan ia tidak memakai perban, oh hello!! Apakah Ela sengaja membiarkan lukanya infeksi??

"Nggak usah sok peduli" Sinis Ela acuh, kemudian ia mulai menggambar apa yang harus ia gambar, meninggalkan tatapan yang tidak bisa diartikan menatapnya intens.

⚔>>>>>>>>>⚔



Detik berlalu menjadi menit, menit berlalu menjadi jam dan intinya waktu terus saja berputar tanpa menunggu apapun.

[1]  AMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang