58. Revenge [4]

3.8K 248 19
                                    

"Lex kenapa kita nggak coba ke hutan **** aja. Siapa tau nomor yang nggak dikenal ini beneran punya Ela" Celetuk Nathan sambil menatap nomor yang tak dikenal yang ada dilayar handphonenya

"Tapi gue ragu itu Ela. Bisa jadi emang ada orang iseng kan?" Jawab Alex dengan ragu, membuat Nathan menghela napasnya

"Kalo nomor ini bukan punya Ela, kenapa dia tau kalo kita bertiga lagi nyari dia?" Tanya Nathan memperkuat dugaannya. Alex yang tengah menyetir memijit pelan pelipisnya dengan tangan kirinya. Mila hanya memperhatikan kedua cowok yang tengah berbicara didepan.

"Iya juga, eh bentar" Ucap Alex seraya menegakkan tubuhnya. "Pesan kemarin keknya ada waktunya deh. Coba liat" Perintah Alex dengan khawatir membuat Nathan mengernyit, tapi tak urung ia kembali menatap handphonenya

"Be-bener. 10.30" Jawabnya membuat Alex langsung melihat kearah arloji ditangannya

"Sekarang jam 09.00, kalo kita ke hutan itu perlu waktu sekitar tiga jam kemungkinan kita sampai jam 12 tepat. 10.30, apa yang bakal terjadi?" Tanya Alex seraya menggenggam erat stirnya ia mempercepat laju mobilnya.

Drrttt drrtttt

Nathan secara refleks menoleh kebelakang ketika ia mendengar suara handphone seseorang berbunyi. Ia melihat Mila yang tengah mengangkat handphonenya dan menatap keluar jendela

"Kenapa bi?"

"Ma-af non, bibi dapat kabar kalau tuan dan nyonya diculik"

Deg

"A-apa? Bibi nggak bercanda kan?!!"

"Enggak non, barusan ada nomor yang nggak dikenal nelfon bibi. Bilang kalau tuan dan nyonya diculik"

"Si-siapa yang nelfon bibi?!! Terus dia bilang apa selain itu?!!"

"Di-dia bilang kalau mau menyelamatkan tuan dan nyonya harus sampai di hutan **** tepat 10.30 kalau telat nyawa tuan dan nyonya sebagai taruhannya"

Tut

Deg

"Mil, kenapa?"

"Me-mela, di-dia mau bu-bunuh mama, papa"

Deg

⚔⚔⚔⚔

Beberapa menit sebelumnya.

Drrttt drrttt drrtttt

Seorang wanita paruh baya yang tengah membersihkan ruang keluarga dirumah megah pun menoleh ke asal suara. Bunyi suara telepon rumah majikannya membuatnya berjalan menuju telepon itu.

Dengan pelan ia mengambil telepon itu dan meletakkannya ditelinga kanannya

"Ha-halo?"

"Damian dan Deci ada bersamaku, kalau kau ingin menyelamatkannya pergilah ke hutan **** sebelum pukul 10.30, kalau kalian tidak sampai tepat waktu. Nyawa kedua orang itu fyuh~~ akan melayang."

"Siapa ini? Dimana tuan dan nyonya?!"

"Jangan coba-coba kau menelfon polisi."

Tut

"Tu-tuan, ny-nyona" Lirih suara wanita paruh baya itu dengan bergetar

"Non Mila harus tau"

⚔⚔⚔⚔

"Sekarang kita akan melakukan apa?" Tanya gadis itu seraya menopang kan wajahnya menatap kedua orang dihadapannya yang terkulai lemas tak berdaya dengan luka yang menganga lebar dan darah yang tak kunjung berhenti keluar dari tubuh mereka

[1]  AMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang