Epilog [1]

4.9K 294 24
                                    

Cie yang masih nggak Terima😙😂

****

Angin berhembus dengan pelan menerpa wajah semua pelayat yang ada di pemakaman ini. Isak tangis terdengar ketika sebuah peti dikuburkan kedalam tanah.

"Hiks Me-mela, ka-kamu jahat hiks ka-kamu ninggalin aku sendirian" Tangisan Mila mengalun, memecah kesunyian pemakaman ini.

Mela, adiknya benar-benar pergi meninggalkannya

Mela, adiknya benar-benar pergi jauh darinya

Rasanya seperti mimpi, baru kemarin ia menemukan adiknya setelah berpisah lebih dari sepuluh tahun, kini ia kembali berpisah dari adiknya, dan itu untuk selamanya.

"Hiks hiks Me-mela hiks" Tangis Mila semakin kencang, Alex dengan refleks jongkok tepat disampingnya. Ia membawa Mila kedalam pelukannya

"Ikhlasin Mela, di-dia udah bahagia disana" Ucapnya sambil mengusap bahu Mila uang bergetar hebat. Alex melepas kacamata hitamnya, ia menatap keatas, tangannya menyeka air mata yang hendak turun

"Hiks ke-kenapa hiks Me-mela pergi hiks" Ucap Mila dengan sesenggukan.

Satu persatu para pelayat pergi meninggalkan area pemakaman ini. Semua teman sekelas Mela berturut serta mengikuti penghormatan terakhirnya. Mereka tak menyangka, gadis cantik nan dingin itu pergi meninggalkan dunia ini dengan begitu cepat. Memang kehendak Tuhan tidah ada yang tau

"Sssttt sekarang kita pulang ya Mil" Ucap Alex, tanpa persetujuan dari Mila ia memapah gadis itu yang langsung mendapat teriakan heboh serta berontakan

"Hiks NGGAK MAU!! Hiks GU-GUE MAU IKUT MELA!! hiks DI-DIA PASTI BUTUH GUE!! hiks LEPASIN!!" Teriak Mila dengan lantang, Alex merendahkan tubuhnya. Ia langsung menggendong Mila ala bridal dan berjalan meninggalkan area pemakaman tanpa mau peduli dengan Mila yang terus memberontak.

Nathan terduduk lemas disamping gundukan tanah yang baru saja tercipta. Ia melepas kacamata hitamnya, membiarkan air matanya luruh dengan sendirinya. Tangannya terulur, menyentuh nisan yang ada dihadapannya

Amela Disti Aurora

Lahir: 13 Agustus
Wafat: 27 Februari

Ia mengusap nisan itu. Tubuhnya bergetar, ia masih tak menyangka sosok yang membuatnya kembali merasakan mencintai seseorang kini telah pergi.

"Hiks hiks" Isak tangisnya keluar, ia memeluk nisan itu dengan tubuh yang bergetar hebat.

"E-ela, i-ini cuma mimpi kan? L-lo nggak mungkin ninggalin gue kan? Please, bangunin gue kalo seandainya ini cuma mimpi hiks" Ujarnya dengan terbata-bata. Ia menyeka air matanya kasar dan menjauhkan tubuhnya dari nisan itu

Plak

Plak

Ia menampar kedua pipinya, rasa panas menjalar membuatnya terdiam. Ini bukan mimpi! I-ini

"Hiks hiks" Tangisnya kembali pecah. Ia menggenggam tanah yang ada pada gundukan itu lalu membuangnya asal, ia kembali memegang nisan itu dan menatapnya

"Ke-kenapa lo pergi? Ke-kenapa l-lo pergi dari hidup gue? Ke-kenapa El?" Tanya Nathan dengan lirih, suaranya bergetar membuat siapapun yang mendengarnya menjadi terenyuh

"Segitu sakit kah luka yang lo rasain, sampai lo mutusin buat pergi?" Monolog Nathan, ia mengusap kasar air matanya. Lalu tersenyum penuh luka

"Semoga lo bahagia di surga sana El" Bisiknya lirih, ia mendekat kearah nisan itu

[1]  AMELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang