49 - Sick🌱

13.8K 1.2K 333
                                    

Follow your heart, and you will get it.

🌱🌱
______

Keberadaan Felix membuat keluarga Elang dan juga Sella berubah.

Sudah empat bulan Felix berada di tengah-tengah keluarganya. Setiap pagi, Sella sudah mulai sibuk dengan Felix. Ah ya, mereka sudah kembali ke rumah mereka. Sesuai dengan kesepakatan.

Kesepakatan? Ya. Elang sepakat akan mengadopsi Felix, dengan syarat, mereka harus kembali ke rumah mereka sendiri. Elang tak ingin berlama-lama tinggal di rumah Mira dan juga Tio. Lisa kerap ikut menangis saat Felix menangis. Itu membuat ketenangan Elang sedikit terganggu.

Bukannya anak bayi memang begitu? Ya, memang benar. Namun entah mengapa, setiap Felix menangis pasti Elang merasa kesal.

Apakah karena ia belum terbiasa? Entahlah, Elang tak mengerti tentang perasaannya.

"Sayang, nanti kalo kamu pulang, sekalian beliin susu formulanya Felix ya. Soalnya, stok di dapur udah habis," pesan Sella. Ia tersenyum saat Felix tersenyum kearahnya. Sella mencubit pipi Felix gemas. Felix sangat tampan menurut Sella, tak jauh beda dengan Elang tampannya. Keduanya mempunyai wajah yang khas sekali.

"Iya," jawab Elang singkat. Ia memakai jas dan merapihkannya di depan cermin. Sella bergerak cepat, ia mendekat kearah Elang dan merapihkan dari serta setelan jas suaminya.

"Makasih ya ..."

Elang menatap Sella. "Untuk apa?"

"Semuanya."

Elang tersenyum dan memberikan kecupan singkat di kening istrinya itu. Entah perasaannya atau bagaimana, istrinya itu semakin hari semakin cantik. Auranya sangat terpancar jelas dimata Elang setiap harinya.

"Aku berangkat ya?"

Sella mengangguk dan menemani Elang sampai ke depan rumahnya. Sella memberikan tas hitam berisi beberapa berkas keperluan Elang.

"Kamu hati-hati ya, jangan lupa bekalnya dimakan. Jangan lupa juga beliin susunya Felix, abis itu--"

"Abis itu jangan lupa kalo udah sampai kantor telpon dan jangan lupa bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut, karena kita nggak pernah tau kalo bahaya bisa datang kapan aja," potong Elang cepat. Ia sudah hapal semua perkataan Sella sebelum ia berangkat ke kantor.

Benar saja, Sella tertawa setelahnya. Ia memeluk singkat tubuh Elang sebelum akhirnya mencium pipi sebelah kanan suaminya itu.

"Udah sana, nanto Rendy marah-marah sama aku gara-gara kamu telat ke kantor."

Elang mengangguk. Sella menyalami Elang dan Elang mencium kembali kening istrinya itu sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah. Sella tersenyum saat mobil Elang meninggalkan perkarangan rumah. Ia menutup pintu dan menguncinya, sesuai dengan arahan Elang setiap harinya.

Sella masuk ke dalam kamar dan mendapati Felix yang sudah mengganti posisinya menjadi tengkurap. Sella memekik, ia hampir saja berteriak, namun ia urungkan dan menutup mulutnya rapat-rapat. Ia mendekat dan menatap Felix dengan tatapan takjub.

"Ya Tuhan, sayang, Bunda baru aja tinggal kamu sebentar. Tapi kamu udah pindah posisi kaya gini? Bunda panik, tapi seneng," ujar Sella. Ia membiarkan Felix di posisinya sampai ia lelah.

"Capek ya? Sini." Sella menggendong Felix dengan hati-hati. Setelahnya, ia tersenyum saat melihat tangan Felix mulai memainkan wajahnya.

Kedatangan Felix membawa kebahagiaan untuk Sella. Walaupun Sella tau, Elang belum bisa menerima Felix seratus persen dalam hidupnya. Namun, Elang tak pernah menolak jika harus berkontak langsung dengan Felix. Elang juga tidak menolak dan memanggil dirinya sebagai Ayah.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang