40 - Weird feeling🌱

11.7K 1.1K 423
                                    

"Hidup yang berharga adalah hidup yang dapat memberikan kehidupannya kepada orang lain." - Albert Einstein

🌱🌱
_____

Mira dan Tio tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Elang baru saja mengatakan jika ia akan menikahi Liora. Semudah itu ia berbicara secara gamblang kepada orang tuanya, ia tak pernah membuat keputusan dan ceroboh dengan cepat seperti ini. Tio berkali-kali bertanya pada Elang, apakah ia yakin untuk menikahi gadis itu.

Namun jawaban Elang tetap sama, yaitu berani berbuat, berani bertanggung jawab.

Seperti sekarang, Elang tengah pergi ke Wedding Organization bersama dengan Sella. Sella hanya menurut saja, ia hanya ingin patuh pada suaminya sekarang. Lagipula, ia akan berpisah dengan suaminya setelah ini.

Walau rasanya .. itu sangat sakit.

"Kapan mereka datang, Sel?"

Sella terkesiap, ia tersenyum menatap Elang.

"Segera, Pak. Lima belas menit lagi, mungkin," jawab Sella.

"Saya butuh kejelasan, bukan kemungkinan"

Sella mengangguk dan mempersilakan Elang duduk dikursi yang sudah ia pesan sebelumnya. Ia memilih duduk berjauhan dari Elang, ia tak bisa terlalu dekat dengan suaminya itu. Jantungnya sulit dikontrol, rasanya, ia hampir terkena serangan jantung karena degupan jantungnya begitu kencang dan cepat.

"Gimana soal investasi kita waktu itu?"

Ah ya, tiga hari setelah keluar dari rumah sakit, Elang sudah mulai bekerja. Anehnya, walaupun dia hilang ingatan, namun ia berhasil belajar dan menangkap dengan cepat apa yang Sella dan Tio ajarkan. Hanya perlu dua hari, Elang bisa kembali pada posisinya sebagai seorang CEO.

Namun tidak sebagai seorang suami.

"Berhasil, Pak. Pak Mario akan datang sore ini untuk menandatangani semuanya."

Elang mengangguk dan mengangkat satu tangannya untuk memanggil writers.

"Pesan apa?"

"Samain aja," jawab Sella.

"Orange juice, dua," pesan Elang.

Ponsel Sella bergetar, ia mengambil ponsel itu dari sakunya. Saat melihat layar ponselnya, ia mengerutkan kening bingung. Karena tak ada nama pemanggil disana, ia menoleh kearah Elang dan berdiri.

"Sebentar, saya angkat telpon."

Elang mengangguk singkat dan membiarkan Sella pergi. Tatapannya tak pernah lepas dari pandangan Elang. Elang memincing, ia baru sadar jika gadis itu sangat cantik. Selain cantik, Sella juga sangat pintar.

Apakah itu sebabnya Sella bisa menjadi sekretarisnya?

"Halo?" sapa Sella saat sudah menjauh dari Elang.

'Kak Sella?'

Sella terdiam sebentar, sedetik kemudian ia menghela napas leganya.

"Tifa? Kamu kemana aja sih? Kamu dimana sekarang? Kamu tidur dimana? Kamu udah makan? Hm?" tanya Sella bertubi-tubi.

'Kak, dengerin aku untuk kali ini aja, bisa?'

"Kamu jawab dulu pertanyaan Kakak, Tifa. Kamu diman--"

'Anak yang dikandung perempuan itu, bukan anak Kak Elang, Kak.'

Sella kembali terdiam, ia memejamkan matanya sebentar.

"Tifa, pulang ya?"

'Aku janji akan pulang dan aku akan terima hukuman dari Mama dan Papa. Tapi aku mohon, tunggu sebentar lagi ya?'

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang