20 - Tidak Akan Mungkin 🌱

10.3K 737 118
                                    

Ketakutan terbesarku adalah kehilanganmu karena kesalahanku.

🌱🌱
___

"Aku mau kita cerai."

"Aku nggak mau!"

"Tapi aku mau! Kamu udah khianatin aku! Harus berapa kali aku ngalah sama keadaan?"

"Tapi aku nggak ada niatan khianatin kamu, sayang."

"Halah, basi tuh. Paling besok-besok diulangin," ujar Sella kesal.

"Lagian nih ya, ada aja ya cowok yang kayak gitu. Dikasih kesempatan bukannya terimakasih, eh malah ngulangin kesalahannya," omel Sella.

Elang terkekeh melihat istrinya yang pagi-pagi sudah emosi karena menonton film televisi. Elang saja bingung, kenapa bisa Sella sampai marah seperti itu hanya karena sebuah film?

"Sayang, udah masak?" tanya Elang lembut. Sebenarnya ia tak mau mengganggu waktu istri cantiknya itu. Namun, perutnya tidak bisa berbohong. Ia ingin memakan makanan yang dibuatkan Sella seperti biasa.

Sella menoleh, ia menyimpan keripik yang sedari tadi ia makan sembari menonton. Ia beralih mengambil remot dan mematikan televisinya.

"Aku lupa, keasikan nonton," ujar Sella jujur. "Kamu mau sarapan apa?"

"Whatever, as long as you cook," balas Elang.

"Batu? Kayu?"

"Asal kamu tega kasih keduanya sama aku."

Sella terkekeh, ia membereskan selimut yang sedikit berantakan dan langsung keluar dari kamar.

Sudah ada Tifa dan Meli disana. Ah, Sella melupakan jika Tifa masih menginap disini.

"Masak apa, Mel?" tanya Sella.

"Masak capcai Kak, Tifa yang mau." Bukan Meli yang menjawab, melainkan sang adik-- Tifa.

Sebenarnya, Sella tak harus masak pagi-pagi, tetapi, terkadang Elang enggan memakan makanan yang dibuatkan Meli. Meli sama sekali tidak keberatan, karena menurutnya, ia bisa memakan makanannya bersama dengan Marvin atau pun Nyonya nya.

"Mau roti bakar nggak?" tanya Sella pada Tifa.

Tifa menggelengkan kepalanya dan langsung menuangkan capcai dipiringnya.

"Kak, aku pulang kerumah Mama ya?"

"Kapan? Setelah pulang sekolah?"

Tifa menggeleng. "Tifa mau ajak Kak Adam kesini, boleh?"

"Adam?" ucap Sella memastikan.

"Iya, Kakak kelas aku itu," jawab Tifa.

"Yang anak Ilmu Teknologi? Kamu ngapain temenan sama anak Ilmu Teknologi? Kamu kan masih SMP. Kamu mau masuk IT nanti SMA?" tanya Sella bingung.

Tifa menggeleng sebagai jawaban, ia menghabiskan makanan yang ada didalam mulutnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan sang kakak.

"Aku ada project gitu sama Kak Adam. Nanti aku kasih tau sama Kakak kalo project aku udah selesai."

Sella mengangguk dan menyajikan roti yang baru saja Sella bakar. Ia memindahkannya dipiring dan siap untuk dimakan.

"Morning, little girl," sapa Elang pada Tifa.

"Morning, Kak," jawab Tifa, ia menghabiskan susu yang ada digelasnya, lalu menatap Elang dengan serius.

"Kenapa? Laptopnya udah sampe kan?"

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang