52 - Sensitif(?)🌱

13.8K 1K 147
                                    

*Note : Sebelumnya aku mohon maaf karena tadi aku salah klik. Belum di revisi udah di publish😂 Sekali lagi maaf ya🙏

*Selamat membaca semuanya♥️

***

"Wanita itu sama seperti bunga. Mereka harus diperlakukan dengan lembut, baik, dan penuh kasih sayang." - Ali bin Abi Thalib

🌱🌱
________

Sella menatap dirinya tak percaya. Ia kini tengah berdiri di hadapan cermin panjang yang ada di dalam kamar mandinya.

Ia juga menatap kedua kertas yang ada di depannya. Satu adalah hasil dari pemeriksaannya saat ia bersama dengan Liora, dan satu lagi adalah hasil pemeriksaannya seminggu yang lalu.

Mengapa keduanya memiliki hasil yang berbeda?

Yang Sella tau, ia akan sulit memiliki keturunan. Namun apa? Sekarang ia hamil dan hasilnya rahimnya dalam keadaan baik-baik saja.

Aneh? Ya, Sella merasa aneh dalam hal ini.

Apakah ini semua juga salah satu rencana wanita yang bernama Crystia itu?

Atau, ini memang hanya sebuah kesalahan dari rumah sakit?

Sella menggeleng, ia tak boleh banyak pikiran. Dokter Risma bilang, ia harus dalam keadaan sehat dan pikiran yang lepas. Ia tak boleh berpikiran hal aneh, karena akan berpengaruh pada anaknya.

"Sayang, masih lama?"

Sella menoleh kearah pintu. Ia meremas kuat hasil pemeriksaan tempo lalu dan membuangnya di tempat sampah. Setelahnya, ia melipat hasil pemeriksaan yang menyatakan dirinya hamil dan kembali meletakkannya di kotak.

"Iya sayang, sebentar." Sella membersihkan wajahnya menggunakan tissu sebelum akhirnya membuka pintu kamar mandinya. Ia tersenyum saat mendapati Elang yang tengah menatapnya khawatir.

"Kamu nggak apa-apa? Kamu lama banget di kamar mandi. Aku pikir kamu kenapa-kenapa. Kamu nggak ada suaranya. Kamu--"

Sella menghentikan ucapan Elang dengan menggunakan jari telunjuknya. Sella tersenyum simpul.

"Aku nggak apa-apa. Aku cuma sembelit tadi, jadi lama di dalem. Lagian, kamu terlalu khawatir tau."

"Terlalu khawatir?" Elang sedikit tak terima. "Aku terlalu khawatir bagian mananya coba?"

Sella menggelengkan kepalanya pelan. Ia melangkah tanpa mempedulikan Elang, ia mendekat kearah Felix yang tengah sibuk menghisap ibu jarinya sendiri.

"Felix sini sama Bunda." Sella menggendong Felix. Felix tertawa setelahnya, membuat Sella tersenyum lebar.

"Sayang, aku udah berapa kali bilang kan? Nggak usah gendong Felix, Felix berat." Elang mengambil alih Felix begitu saja, membiarkan Sella menggerutu dan bergumam tak jelas.

"Felix belum sepuluh kilo, belum berat. Aku kemarin nggak gendong dia, masa sekarang aku nggak boleh gendong lagi."

Elang tak peduli, ia memilih keluar dari kamar dan memanggil salah satu baby sister Felix, memberikan Felix pada Wenda.

"Jaga dia baik-baik, kalau sampai dia menangis lebih dari 10 menit, kamu saya pecat," pesan Elang. Ia memberikan Felix dengan hati-hati dan kembali masuk ke dalam kamar.

"Ini hari libur, lebih baik kamu istirahat. Felix udah ada yang jaga, ada Ria dan Wenda yang jaga Felix. Kalau Felix nangis lebih dari 10 menit, aku pecat mereka," ujar Elang. Ia membawa Sella untuk duduk di tepi ranjang.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang