34 - Segera🌱

8.7K 755 168
                                        

Apapun yang terjadi padamu, baik atau buruk kejadiannya. Ceritalah padaku, dan kamu tidak akan memikulnya sendirian.

🌱🌱
_____

Acara makan siang berjalan dengan cukup lancar. Beberapa kali Risty melayangkan sindiran pedas, namun beberapa kali juga Mira menegurnya. Walaupun Mira juga ingin mengatakan hal yang serupa. Ia sudah tidak bisa melihat kedekatan Liora dengan putranya, apalagi bermesraan didepannya.

Ibu mana yang kuat melihat anaknya menyakiti wanita lain? Apalagi didepan matanya seperti ini? Rasanya, seperti Mira sangat berdosa.

"Nah, El, kapan pernikahan kamu akan digelar?" tanya Tio.

"Mungkin, setelah aku bisa melihat," jawab Elang.

"Nggak sekalian pas bisa inget juga, Lang?" tanya Risty.

"Kalaupun ingatan aku nanti balik, seharusnya semuanya akan tetap sama dong? Aku menikah dengan Liora, bukannya begitu?"

"Emang lo punya rasa sama Liora? Perasaan sayang atau nyaman gitu didekatnya?" tanya Risty kesal.

Elang terdiam sebentar, lalu mengangguk.

"Kenapa nggak? Bukannya dia calon istri aku?"

Risty mengambil sendok, dan sendok itu sengaja ia layangkan untuk mengetuk kepala Elang. Ia sudah kepalang kesal pada saudaranya itu. Ia benar-benar ingin membunuhnya sekarang juga.

Namun, tindakannya terhenti saat Liora mencekal tangannya. Ia bisa melihat Liora tersenyum sopan pada Risty.

"Maaf, Kak."

Risty berdecih, ia langsung menarik tangannya ke semula dengan kasar. Ia tak ingin disentuh oleh wanita seperti Liora. Ia langsung mengambil tissu dan menyapu bersih lengannya.

"Ada apa?" tanya Elang.

Liora menggeleng sembari tersenyum, "Bukan apa-apa kok, Kak."

"Risty, ikut Mama."

Risty menghela napas saat Mamanya sudah bangkit terlebih dahulu. Risty mau tidak mau akhirnya ikut bangkit dari duduknya dan mengikuti Mira dari belakang.

"Mama mau kemana?" tanya Elang, lagi.

"Mungkin mau nyuci," jawab Tio sekenanya. Elang hanya mengangguk mengerti dan melanjutkan memakan buah apel yang ada ditangannya.

Mira dan Risty berada dibelakang rumah. Risty masih tampak kesal karena ulah Liora barusan. Seharusnya, ia berhasil mengetuk kepala Elang dengan sendok saat itu. Setidaknya, koneksinya mungkin akan sedikit nyambung dan Elang bisa mengingat minimal sedikit tentang masa lalunya.

"Apa yang mau kamu lakukan tadi, Ris?" tanya Mira.

Risty duduk karena tidak bisa berdiri terlalu lama, ia menghela napas sembari mengusap perutnya yang sedikit nyeri akibat emosinya yang tak terkontrol tadi.

"Maaf, Ma," ucap Risty.

"Kamu hampir memukulnya tadi."

"Mungkin bawaan bayi, Ma," alibi Risty.

Mira menghela napasnya. Mira bukannya marah dengan Risty, ia hanya takut jika sesuatu terjadi padanya dan bayinya. Itu saja. Lagipula, ada Liora disana, ia tak ingin menambah kesan tak nyaman pada gadis itu. Sella sudah memberi pesan agar Elang tak curiga sama sekali. Walaupun berat, Mira tetap melakukan itu.

Tapi tidak dengan Risty. Jujur, ia muak dengan segala kebaikan Sella. Sella terlalu baik pada wanita itu. Seharusnya, Sella berada disamping Elang, bukannya malah memberikannya pada wanita lain hingga akhirnya ia yang merasakan sakit.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang