31 - Bagaimana bisa?🌱

10.6K 786 151
                                        

Bagaimana bisa aku menjalani hari, jika semuanya dipenuhi luka dan kekecewaan?

🌱🌱
_____

Rendy menjemput Tifa kesekolah, karena gadis itu bersikeras untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Kakak kesayangannya. Awalnya Rendy menolak, karena Tifa harus pergi les Bahasa Inggris. Namun, bukan Tifa namanya jika ia tidak bisa membujuk semua Kakaknya. Hingga akhirnya Rendy pasrah dan langsung menjemput gadis itu siang hari.

Rendy membunyikan klakson saat sudah sampai dihalte sekolah Tifa. Tifa langsung bangkit dan sedikit berlari menuju mobil Rendy.

"Kamu kenapa harus bolos kelas les Bahasa sih, Fa, nanti kalo kamu ketinggalan pelajaran gimana?" tanya Rendy. Pasalnya, sekolahnya tengah mengadakan rapat besar, hingga pembelajaran tidak dilanjutkan, dan diganti dengan les. Tifa, gadis keras kepala itu lebih memilih pergi kerumah sakit dibandingkan harus mengikuti pelajaran.

"Kak Elang lebih penting daripada les Bahasa aku," jawab Tifa enteng.

"Sinting kamu, emangnya kamu udah pinter apa?" tanya Rendy kesal.

"Kak, nilai Bahasa Inggris aku udah cukup untuk test TOEFL diatas 500," ujar Tifa sombong.

Rendy berdecih. Rendy menginjak gas dan mulai menjalankan mobilnya. Rendy sesekali melirik Tifa yang sedang mengomel. Rasanya, Rendy bingung sendiri, Tifa ini adiknya Sella atau Elang?

Sellanya kalem, Tifa malah sebaliknya.

Elang memang sedikit pendiam, tapi sekalinya berbicara, bisa menusuk kedalam hati. Perintahnya juga tidak diganggu gugat.

Persis seperti sifat Tifa.

"Loh, Kak, kok kita lurus? Bukannya belok ya?" tanya Tifa bingung. Pasalnya, rumah sakit seharusnya belok kearah kanan, bukan lurus.

"Kita ke kantor dulu ya, sebentar."

Tifa mencibir, "Ngapain sih ke kantor? Tifa kan maunya ke rumah sakit liat Kak Elang, bukan liat dokumen-dokumen!" sarkas Tifa.

Rendy tersenyum tipis dan menambahkan kecepatan mobilnya.

"Mau tau sesuatu nggak?" tanya Rendy.

"Apa?"

"Kakak punya sesuatu yang special," ujar Rendy.

"Apaan? Kakak jangan buat aku penasaran ya," ucap Tifa kesal.

"Kamu mau tau nggak nih?"

"Apaan!" sentak Tifa.

"Rahasia, dan Kakak akan kasih kamu tau di kantor."

🌱🌱

Sella menatap Elang yang tampak kebingungan. Setelah memberitahu Elang bahwa ia adalah sekretarisnya, Elang tak banyak bicara. Ia hanya diam sambil melihat lurus kedepan. Sesekali, ia hanya meminta minum karena tenggorokannya yang sudah mengering.

Sella pun masih diam, ia bingung ingin mengatakan apa. Ia ingin sekali bertanya apakah keadaan Elang baik-baik saja atau tidak, atau sekedar bertanya, apakah ada yang sakit atau tidak dalam tubuhnya.

Tapi ia tak bisa melakukan itu. Ia sudah terlanjur mengatakan bahwa ia adalah sekrertaris Elang. Jika ia mengatakan sesuatu yang mengarah pada perhatian, ia takut Elang akan curiga dan berpikiran yang tidak-tidak padanya.

"Sella?" panggil Elang.

Sella terdiam sebentar, lalu tersenyum tipis.

"Iya, Pak?"

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang