41 - Kebenaran🌱

14.8K 1.4K 837
                                        

Kebenaran, pasti akan terungkap.

🌱🌱
_______

Acara makan malam berjalan dengan baik. Elang dan Liora, keduanya setuju akan menggelar pernikahan sederhana mereka lusa.

Sella sedari tadi hanya diam. Ia tak banyak berbicara, ia hanya mengangguk, berkata ya atau setuju saja. Erdzan saja geram melihat jawaban dari Sella, tak hanya Erdzan, mungkin Mira dan Tio juga.

"Kalau gitu, aku istirahat dulu ya?" pamit Liora. Ia menundukan kepalanya sebelum akhirnya pergi meninggalkan meja.

"El juga istirahat dulu ya, Ma. Besok, El mau selesaiin semua kerjaan."

"Nggak usah terlalu dipaksa, kamu baru pulang dan baru pulih. Biar Papa dan Papa Erdzan yang ngurusin semuanya," ujar Tio.

"Lagian, ada Sella juga yang bantuin," sambung Erdzan.

Elang sontak menggeleng.

"Sella nggak boleh kerja terlalu berat."

Mira mengerutkan keningnya, "Kenapa?"

Elang berdehem, ia melirik kearah Sella.

"Kasian, dia udah kerja keras selama ini. Satu lagi, jangan buat dia berurusan sama Mario." Elang menghabiskan minumannya dengan cepat.

Tio dan Mira saling pandang, mereka juga saling melempar senyum.

"Kenapa? Mario itu anaknya temen Mama, dia juga ganteng. Dokter iya, pembisnis juga iya. Dan lagi .." Mira melirik kearah Sella, "Dia juga belum menikah."

Uhuk!

Elang mengusap-usap dadanya. Ia tersedak begitu mendengar penuturan sang Mama.

Mira hampir saja meledakkan tawanya jika tidak melihat kondisi, sementara tangan Sella terulur untuk mengusap punggung Elang.

"Hati-hati," ujar Sella singkat.

Elang mengangguk dan mengangkat tangannya, memberi kode bahwa ia baik-baik saja.

"Kenapa? Kamu nggak ikhlas kalo sekretaris kamu yang cantik ini nikah sama relasinya? Menurut Papa sih .. nggak pa-pa, ya kan Sella?" tanya Erdzan.

Sella hanya tersenyum. Ia sangat mengerti jika tiga orang didepannya ini tengah meledek Elang dan memojokkannya.

Tapi, apakah harus seperti ini respon Elang?

"El ke kamar dulu," pamit Elang. Mira hanya mengangguk dan membiarkan putranya itu pergi ke kamarnya.

Mira tertawa setelahnya, ia tak tahan sedari tadi menahannya. Ia menggelengkan kepalanya.

"Lucu, kaya anak ABG."

"Perasaan emang nggak bisa dibohongin," jelas Erdzan.

"Sel, kamu tadi kenapa telat?"

Sella menoleh kearah Tio, ia menggelengkan kepalanya pelan kemudian tersenyum.

"Tadi di jalan, taxinya mogok, Pa," dusta Sella.

"Mama kan udah bilang, harusnya Mama yang antar. Karena kebetulan, Rendy juga lagi nemenin Risty di rumah sakit."

Sella lagi-lagi menggeleng, "Aku nggak pa-pa, Ma."

Erdzan menatap Sella penuh selidik, "Terus kenapa pas masuk kamu kayak abis nangis? Bisa kamu jelasin ke kita semua?"

Sella menatap ketiga orang tuanya secara bergantian. Sella menundukan kepalanya sebentar, sebelum akhirnya kembali mengangkat kepalanya dan tersenyum.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang