58 - End🌱

16.5K 1.1K 83
                                        

Sabar, jalani dan berdoa, itulah kunci kehidupan.

🌱🌱
_______

Hari ini Felix berulang tahun. Setahun sudah Felix berada di dalam keluarga Angkasa.

Dan hari ini juga, putra Elang dan juga Sella lahir kedunia.

Tak bisa dipungkiri, keduanya sama-sama penting untuk Sella maupun Elang saat ini. Maka dari itu, ulang tahun Felix diadakan dirumah sakit sekaligus dengan perayaan atas kelahiran Ben.

Elang menyewa taman rumah sakit untuk merayakannya. Tentunya, dengan bantuan orang tua dan juga teman-temannya hingga akhirnya Elang mendapatkan izin dari pihak rumah sakit. Elang akan merayakan kedua acara ini dengan para Dokter dan Suster saja. Untuk para klient mungkin bisa diadakan setelah Sella keluar dari rumah sakit.

Felix terdiam menatap Ben yang tengah tertidur di ranjangnya. Sementara Sella tersenyum geli saat melihat Felix mencoba menyentuh Ben dengan takut.

"Felix? Kenapa?" tanya Sella.

Felix menoleh, seakan tau jika dirinya sedang ditanya oleh sang Bunda. Gelengan kecil ia gunakan sebagai jawaban atas pertanyaan sang Bunda.

"Ria, dimana Wenda?" tanya Sella.

Ria menurunkan Felix di dekat Sella.

"Mbak Wenda ditaman, Nyonya, masih bantuin Tuan Elang, Tuan Rendy dan Tuan Kevin," jawab Ria, sopan.

"Kalau begitu, kamu bantu Ria aja ya? Biar Felix sama saya."

Ria menggeleng kuat. "Biar saya temani saja, Nyonya. Saya takut dimarahi Tuan." Ria tak pernah melupakan kejadian dimana Elang memarahinya habis-habisan. Ia benar-benar tak ingin dipecat, ia sudah nyaman berada di keluarga ini.

"Elang marahin kamu?" tanya Sella penasaran.

"Siapa yang nggak marah kalo istrinya kenapa-kenapa, padahal dirumah udah banyak orang," potong Elang, ia masuk ke dalam ruangan sembari membawa balon berwarna biru.

Ria menunduk takut, kini Ria berada diujung ruangan karena takut mengganggu pasangan suami istri yang tak lain adalah bosnya.

"Sayang, mereka nggak tau kalo aku ke kamar mandi. Lagian, masa ke kamar mandi aku harus ditemenin," bela Sella.

Elang diam. Ia tak ingin berdebat dengan istrinya. Elang menggendong Felix dan memberikan balon pada Felix. Felix menerima balon itu dengan senang.

"Ria, bawa Felix untuk ganti baju. Minta bajunya di Kevin atau Ken," titah Elang. Ria bergerak cepat, ia langsung mengambil alih Felix dan keluar dari ruangan.

Elang mendekat kearah Ben, bayi laki-laki itu masih setia menutup matanya. Ben menggeliat kecil saat Elang menyentuh pipinya. Elang terkekeh dan mencium gemas pipi anaknya itu.

Brak!

"Hello, Boy, welcome to your Uncle," ujar Rendy asal. Ia mendekat kearah Ben, belum sempat ia melihat Ben, bantal yang cukup besar berhasil menampar wajahnya.

"Jangan teriak-teriak, Ren!" ujar Sella kesal.

Tak hanya Sella, Elang pun menatap Rendy sangat tajam. Tatapannya sangat menusuk sampai Rendy mundur beberapa langkah.

"Sorry, gue kira pintunya soft, ternyata keras juga ya." Rendy mengetuk pintu beberapa kali, tepat ketukannya yang ketiga, Ben menangis kencang. Elang menoleh kearah Ben dan menatap kearah Rendy.

"Pengganggu," ujar Elang datar. Ia menggendong Ben hati-hati dan menimangnya.

"Kalo sampe 5 menit anak gue nggak diem. Awas aja," ancam Elang.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang