Jika memang ini yang sudah di takdirkan. Apapun yang terjadi, aku harus menerimanya.
🌱🌱
_____Sella mengajak keluarganya makan bersama. Karena mereka sudah terlanjur berada di rumahnya sekarang. Tidak, lebih tepatnya ini rumah Elang, rumah yang ia belikan tepat sebulan setelah pernikahan mereka.
"Silakan dimakan, Bu," ujar Sella sopan.
Erdzan berdecih pelan dan melirik kearah Mira. Sedangkan Mira mendelik tajam kearah Erdzan. Erdzan tak terima, ia menjulurkan lidahnya, mengejek wanita yang bernotabe sebagai mantan kekasihnya dulu.
Sepertinya, dendam diantara keduanya masih sangat kental disini. Perbedaannya, Erdzan tak lagi menganggap Mira musuh, melainkan adiknya.
"Papa Erdzan sama Mama masih mau berantem apa?" bisik Rendy pelan. Ia sudah cukup kesal melihat keduanya yang berevolusi seperti remaja yang tengah bertengkar. Tinggal makan aja susah, begitu pikir Rendy.
Sementara Elang masih diam. Ia bingung akan situasi yang ada disekelilingnya sekarang. Jika boleh jujur, Elang merasa cukup lega saat mendengar Sella baik-baik saja. Anehnya, ia juga merasa tenang saat mendengar suara lembut Sella yang menyapanya.
Hatinya seolah terisi, seperti layaknya tong kosong yang terisi oleh air hingga penuh. Energinya yang hampir selama seminggu ini terasa bangkit kembali.
Hanya dengan mendengar suara Sella? Ini sangat tidak mungkin dan mustahil.
"Woi, masih mau ngelamun aja lo?" semprot Rendy. Karena sedari tadi, Elang tak menyahut sama sekali. Padahal, Rendy sudah memanggilnya hampir seribu kali.
"Kenapa?" tanya Elang bingung.
"Pak Rendy tadi tanya, Bapak mau makan apa? Mau saya ambilkan," ucap Sella.
Lagi, jantungnya terasa berdebar kencang saat mendengar suara Sella. Elang hanya tersenyum tipis sembari menunjuk asal.
"Apapun yang ada disana," jawab Elang.
Sella mengangguk, sebenarnya ia tak perlu bertanya lagi. Ia memang sengaja memasak semua makanan kesukaan Elang. Tiba-tiba saja, Sella ingin masak semua makanan kesukaannya hanya karena melihat wajah Elang saja.
Karena jujur, sedalam apapun rasa kecewanya. Tetap saja, cinta tak bisa hilang hanya dengan beberapa hari.
"Bapak bisa makan sendiri, atau--"
"Suapin aja, nanti yang ada itu nasi masuk ke hidung," celetuk Rendy. Ia sudah lebih dulu menyendok makanannya. Ia sudah terlanjur lapar melihat drama keluarganya.
"Iya, Sella, tolong suapi El ya?" ujar Mira, ditambah dengan senyuman yang penuh arti.
"Dia punya tangan, bisa makan sendiri, terus-- Aww," Erdzan merintih saat kakinya diinjak kasar oleh Mira. Mira mendelikkan matanya dan hampir mencolok Erdzan menggunakan garpu. Kesal, Erdzan pun tak tinggal diam, ia melemparkan sendok asal kearah makanan Mira.
Kalian bisa bayangkan apa yang terjadi selanjutnya? Yap, baku hantam diantara mereka terjadi.
Sella menggeleng melihat Tantenya dan juga Papa angkatnya itu bertengkar. Ia melihat kearah Elang yang terlihat masih setia dengan lamunannya. Tangannya terulur untuk menyentuh bahu Elang lembut.
Elang terkejut, ia langsung menyentuh lengan yang ada dipundaknya.
"Maaf, Pak. Gimana kalo kita makan dibelakang aja. Soalnya disini berisik." Sella tak lupa jika suaminya itu tak suka akan keramaian. Sella juga bisa melihat wajah Elang yang mulai tidak nyaman. Jika ia bisa melihat atau mengingat jati dirinya, ia pasti sudah marah dan membentak semua orang yang ada disini. Setidaknya, itu yang bisa Sella simpulkan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FUTURE | ✓
Romance[BELUM DIREVISI] [Sequel of You're Mine, Sella!] 🌱🌱 Bagaimana rasanya menikah dengan pria possesif dan over protectiv? Awalnya Sella pikir, saat ia sudah menikah, maka Elang-suaminya- tidak akan se-posessif dulu. Namun ternyata Sella salah. Elang...