56 - Jadi milikku🌱

12.8K 1.1K 150
                                    

Aku berjanji, apapun yang terjadi, aku akan terus menjaga dan menyayanginya. Tak peduli siapa dia, atau bagaimana masa lalunya. Karena aku sangat mencintainya.

🌱🌱
_________

Sella bangun dari tidurnya saat mendengar Felix menangis sangat kencang. Sella bisa mendengar dengan jelas tangisan putranya itu sangat tidak biasa.

Ia menoleh kearah Elang, suaminya itu masih menutup matanya. Sella berusaha turun dari ranjang tanpa menganggu Elang sedikitpun, ia harus menghampiri Felix dan memastikan jika anaknya baik-baik saja.

Baru saja ia melangkahkan kakinya, tangannya ditarik ke belakang yang membuat Sella hampir terjungkal, namun tangan kekar berhasil menahan bobot tubuhnya dan menidurkannya perlahan.

"Mau kemana?"

Sella menghela napas lega, ia menoleh kearah sang suami yang ternyata sudah membuka matanya.

"Kamu denger Felix nangis kan? Aku mau liat Felix."

"Paling nangis biasa, nanti juga diem." Ya, memang Felix sering menangis dipagi hari, jadi Elang tak heran akan hal itu.

Namun berbeda dengan Sella, ia merasa tangisan Felix kali ini berbeda. Perasaannya juga tak tenang mendengar tangisan Felix kali ini. Ia benar-benar ingin memeluk Felix sekarang.

Sella kembali menatap Elang dengan ragu, ia memasang wajah memelas supaya suaminya itu mengizinkan, namun tetap, Elang menggelengkan kepalanya dan tak merubah pendiriannya.

"Biar aku yang keluar dan cek, kenapa Felix bisa nangis kaya gitu," ujar Elang. Ia mencium kening istrinya dengan lembut sebelum bangkit dari tidurnya, tak lupa ia mengambil remote dan menekan salah satu tombol remote agar tirai yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Felix terbuka lebar.

Elang keluar dari kamar dan masuk ke dalam kamar Felix. Ia melihat Ria yang tengah kesulitan untuk menenangkan Felix.

"Sudah 15 menit Felix menangis, kenapa kamu nggak bisa menanganinya?" tanya Elang.

Ria terkejut, ia menurunkan Felix setelah mendapatkan satu pukulan dibagian dadanya. Ria menunduk dan memegang bagian yang baru saja dipukul oleh Felix tadi.

"Maaf, Tuan, saya nggak tau kenapa Den Felix nangis kayak gini. Karena biasanya, Den Felix nggak pernah nangis kaya gini," ujar Ria jujur.

"Dimana Wenda?" Elang mengambil alih Felix yang tengah menangis dilantai, ia menggendong Felix dan mendekapnya.

"Mbak Wenda ada di dapur, siapin makanan buat Den Felix, Tuan," ujar Ria takut.

"Sudah beri Felix susu?"

Ria mengangguk. "Sudah, Tuan."

"Sudah diperiksa segala sesuatunya?"

Lagi, Ria mengangguk. "Sudah, Tuan."

Elang mengerutkan keningnya bingung. Kini matanya teralihkan pada Felix, di dalam gendongannya, Felix masih tetap menangis, tak biasanya batita ini menangis tak ada henti seperti ini.

Ia menoleh kearah kaca, Sella menatap Felix dengan tatapan iba. Sekali lagi, Elang menatap Felix berharap ia mengerti mengapa anaknya ini menangis. Namun, Felix justru semakin menangis saat melihatnya.

Elang menghela napas dan membawa Felix keluar. Mungkin, untuk hari ini, ia harus memberikan kesempatan pada Felix untuk bersentuhan fisik dengan Sella secara langsung. Karena Elang pikir, mungkin Felix rindu dengan Sella.

Elang masuk ke dalam kamar, dan benar saja, Sella langsung ingin menggendong Felix.

Felix menurut, batita itu beralih digendongan Sella. Sella pun duduk dan memangku Felix susah payah karena kondisi perutnya yang semakin membesar. Sella mengusap rambut Felix dengan lembut.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang