Nggak semua yang kamu pikir benar, itu sudah benar. Bisa jadi sebaliknya, apa yang kamu pikir benar, bisa jadi salah dimata orang lain.
🌱🌱
_____
Sudah hampir dua hari Elang tak sadarkan diri. Dokter mengatakan, bahwa Elang mengalami guncangan yang besar dan mengakibatkan syaraf di kepalanya menegang dan mengakibatkan sakit yang luar biasa. Sepertinya, Elang berusaha mengingat sesuatu terlalu keras hingga membuatnya tak sadarkan diri.
Tifa, sang pelaku, kini melarikan diri setelah melihat Elang mengerang kesakitan. Tetapi sebelum melarikan diri, ia memanggil Dokter terlebih dahulu karena bagaimanapun, ia tak ingin Kakaknya itu kenapa-kenapa.
Walau pada kenyataannya ia sudah kenapa kenapa akibat ulahnya.
Mira, ia sudah menyuruh anak buahnya untuk mencari Tifa. Gadis itu, selain melarikan diri dari rumah sakit, ia juga melarikan diri dari rumah dengan bermodalkan motor Risty dan uang tunai. Ia juga meninggalkan ponselnya yang biasa ia gunakan. Sepertinya, Tifa sudah merencanakan semuanya dengan rapih.
Sementara Sella, ia tak kalah kalutnya sekarang. Pertama, ia melihat suaminya yang belum juga sadar sampai sekarang. Kedua, ia tak tau dimana dan sedang apa adik perempuannya itu.
"Pa, aku harus cari Tifa dulu, ya? Mungkin Tifa ada dirumah temennya, aku harus cari dia sekarang. Siapa tau dia belum makan, atau ada apa-apa dijalan," ucap Sella.
"Papa udah suruh orang-orang suruhan Pala buat cari Tifa, ya?" ujar Tio menenangkan.
"Papa juga udah lapor Polisi. Kita serahkan aja sama mereka ya?" timpal Erdzan.
"Tapi, Pa--"
"Nggak ada tapi-tapian, kalo kamu pergi juga, nanti yang ambil keputusan disini siapa?" tanya Mira.
Sella menghela napasnya, benar apa yang dikatakan Mamanya. Pasalnya, Elang masih berstatus sebagai suaminya dan hanya ia yang bisa mengambil keputusan apapun yang berkaitan dengannya. Kalaupun Mama atau Papanya, ia juga harus ikut terlibat disana.
Tapi, bagaimana dengan keadaan Tifa sekarang? Terlebih, Tifa juga tak membawa ponselnya. Lalu bagaimana Sella bisa menghubunginya?
Pintu ruangan Elang terbuka. Sella kini mengalihkan fokusnya pada sang Dokter.
"Gimana Dokter? Apa .. suami saya bisa di operasi dengan kondisinya yang seperti ini?" tanya Sella.
Dokter itu mengangguk dan tersenyum, "Bisa, Bu. Lebih baik melakukan operasi secepatnya, jika kita menunggu Pak Elang pulih. Bisa jadi, donor matanya tidak akan berfungsi lagi. Itu akan percuma, Bu."
Sella mengangguk, "Baik Dokter, tolong lakukan yang terbaik untuk suami saya."
"Pasti, Bu. Kalau begitu, mari ikut saya sebentar."
Sella menganggukkan kepalanya, ia menoleh kearah Mira.
"Aku ikut Dokter dulu ya, Ma."
Mira mengangguk dan membiarkan Sella pergi. Kini, ia melihat Tio dan juga Erdzan yang juga tengah menatapnya.
"Kita harus cepat cari Tifa," ujar Mira.
"Aku juga maunya gitu, sayang, tapi gimana kalo Tifanya nggak ketemu-ketemu?" tanya Tio.
"Carilah sampai ketemu, katanya banyak kolega bisnis, banyak anak buah. Anak buah tuh dipake, bukan di tata doang kaya bidik catur," sindir Erdzan.
"Mantan napi mending diem aja. Sebelum tambah pangkat jadi double napi," celetuk Tio.
"Mantan napi juga nggak masalah, yang penting ganteng."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FUTURE | ✓
Roman d'amour[BELUM DIREVISI] [Sequel of You're Mine, Sella!] 🌱🌱 Bagaimana rasanya menikah dengan pria possesif dan over protectiv? Awalnya Sella pikir, saat ia sudah menikah, maka Elang-suaminya- tidak akan se-posessif dulu. Namun ternyata Sella salah. Elang...
