4 - Hamil?🌱

24.3K 1.3K 59
                                    

Elang menutup meeting-nya lebih cepat, karena Malvin mengabarinya jika Sella kabur dari rumah. Di tambah Sella tidak mengangkat panggilannya sedari tadi, membuat Elang semakin khawatir akan hal itu.

"Tolong panggilkan siapa pun yang bisa meng-handle pekerjaan saya, saya harus pergi," titah Elang pada sang resepsionis.

Elang langsung keluar dari kantor dan menuju ke rumah. Tak butuh waktu lama untuknya, ia langsung masuk ke dalam rumah.

"Meli!" panggil Elang.

"Sa-saya Tuan?" jawab Meli ragu.

"Dimana Sella? Kenapa bisa dia keluar dari rumah!" sentak Elang.

"Ta-tadi, Nyonya bilang kalo mau ke rumah sakit, Tuan."

Jantung Elang semakin bergemuruh. Untuk apa istrinya itu ke rumah sakit? Apa dia sakit?

"Rumah sakit mana?"

"Saya nggak tau, Tuan."

Elang berdecak keras. Ia mengambil ponselnya saat ponselnya berbunyi dengan keras. Kemarahan Elang sedikit berkurang saat adiknya menelpon.

"Ya, Tifa. Ada apa sayang?"

'Ini aku.'

Kemarahan Elang benar-benar hilang. Ia menghela napas beratnya. "Kamu dimana? Kenapa kamu mau pergi nggak bilang sama aku dulu?"

'Ponsel aku ketinggalan karena aku buru-buru, maaf.'

"Ya, oke. Kamu dimana sekarang? Kata Meli kamu di rumah sakit? Siapa yang sakit?"

'Mama, kamu kesini aja ya? Rumah sakit biasa kok, Mama juga mau ketemu kamu.'

"Aku kesana sekarang." Elang menutup panggilan dari Sella. Ia melirik tajam kearah Meli.

"Lain kali, kalau ada apapun yang berkaitan dengan istri saya, tolong laporkan."

"Dan kalo sampai kamu lengah dan kejadiannya akan seperti ini lagi. Kamu akan saya pecat."

🌱🌱

"HAH MAMA HAMIL?"

Jujur, Elang sangat syok saat mendengar penuturan Mamanya.

"Kenapa kamu malah kaget? Kan kamu minta adik bukan?" tanya Tio.

Elang menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "I-iya sih, tapi kan .."

"Kenapa? Karena Mama udah tua, gitu?" tanya Mira sakratis.

"Bukan, Mama .. Mama masih muda kok. Beneran deh," ujar Elang. Ternyata Mamanya lebih sensitif dari pada kemarin.

"Kamu nih, mau punya adik kok gitu. Liat tuh si Tifa, dia malah udah kegirangan," tunjuk Sella pada Tifa yang sedang tersenyum senang.

"Jadi, kapan kalian nyusul?"

Pertanyaan horor dari Tio membuat Elang menatap Tio tajam. Karena tatapan itu, Tio tertawa sangat keras. Ingin sekali ia mencolok mata putranya itu. Namun tidak mungkin, yang ada dia akan mengamuk dan rumah sakit ini akan menjadi debu.

"Papa doain aja, rezeki udah di atur, Pa," ucap Sella lembut.

"Ini juga lagi usaha, Papa tenang aja sih," ucap Elang malas. Ia memeluk Sella dengan possesif, membuat Sella mulai merasa tidak nyaman.

"Pa, Elang sama Sella keluar dulu ya?"

"Pulang aja yuk. Mama juga udah nggak pa-pa nih," ajak Mira.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang