19 - Rencana Tuhan 🌱

10.5K 690 104
                                    

Rencana Tuhan itu indah. Kebahagiaan akan hadir disaat yang tepat, bukan diwaktu yang cepat.

🌱🌱
____

Risty menatap Rendy dan juga Elang diwaktu yang bersamaan. Kedua pria itu sedang ditatap penuh selidik oleh Risty.

Alasannya, karena Rendy pulang saat jam makan siang dengan jas yang bau khas parfum wanita. Dengan berbagai alasan, Risty meminta Rendy untuk kembali ke kantor dan ia ingin ikut dan ingin bertemu dengan Elang. Agar ia bisa memastikan, jika Rendy tidak macam-macam dengannya.

"Bener, kalo Rendy nggak macem-macem, El?"

Elang menghela napas jengah. Pertanyaan ini sudah diajukan oleh Risty hampir 20 kali, jika dihitung, bahkan mungkin lebih. Dan sudah hampir 20 kali lebih juga Elang menganggukan kepalanya. Bisa-bisa, sehabis ini kepala Elang bisa cedera akibat mengangguk saja.

Rendy ikut menghela napasnya, ia mengusap pundak istrinya itu dengan lembut. "Sayang, pulang yuk. Jam makan siang aku udah abis, dan bukannya aku makan nasi, malah makan omelan kamu," ujar Rendy memelas.

Bukannya iba, Risty justru menatap Rendy lebih tajam. "Kamu nggak suka denger suara aku ya!"

"Nggak gitu sayang, aku--"

"Pecat dia sekarang juga, El!" perintah Risty.

"Dia nggak bisa pecat aku gitu aja dong, honey. Ini kan perusahaan Papi, come on, masa gara-gara bau parfumnya Jessi kamu jadi marah," papar Rendy.

"Jessi? Siapa Jessi!"

"Mantan sekretarisnya, yang sekarang kerja bareng sama rekan bisnis Rendy," jawab Elang. Ia sebenarnya sudah sedikit risih dengan pasangan yang ada didepannya. Kerjaannya sedikit berkurang dan ia baru saja bernapas lega. Ternyata ia disuguhkan dengan drama pernikahan Rendy dan Risty.

"Sayang, aku sama dia just meeting aja. Nggak ngapa-ngapain," ujar Rendy jengah. Sebenarnya, Rendy juga tak enak melihat Risty seperti ini -- mengganggu pekerjaan Elang. Namun, Rendy berpikir jika ini adalah bawaan bayi, jadi Rendy biarkan saja Risty berbuat semaunya.

Risty tampak diam sembari meneliti wajah suaminya. Semenit kemudian ia tersenyum dan merangkul Rendy dengan erat.

"Ayo makan siang dirumah, aku udah masak tadi, sayang kalo nggak dimakan," ujarnya lembut. Elang sampai menggelengkan kepalanya beberapa kali, dan bergumam dalam hatinya.

Apakah semua orang hamil tidak jelas seperti Risty?

Awalnya marah-marah, sudah lama berubah menjadi baik seperti ini.

Apakah Elang akan sanggup jika ia ada diposisi Rendy?

"Sayang, aku mau meeting ini gimana dong?" tanya Rendy.

Risty menatap Rendy dengan penuh harap. Lalu Rendy akhirnya menatap Elang dengan tatapan memelas. Dengan berat, Elang menghela napasnya dan mengangguk meng-iyakan.

"Selesai makan, langsung balik," ujar Elang final.

Rendy mengangguk setuju, ia langsung menggandeng keluar istrinya itu. Takut-takut jika Risty akan berubah pikiran lagi nantinya.

Elang menghela napas saat keduanya sudah keluar dari ruangannya. Ia duduk dikursinya dan menatap langit-langit dengan teduh.

Elang mengambil ponselnya, sudah hampir sore istrinya itu tidak menghubunginya. Apakah sesibuk itu istrinya dan sekretarisnya itu sampai tak menghubunginya?

Ia lebih baik menghubungi Marvin, ia tak mau mengganggu istrinya itu. Lagipula, Sella kan pergi dengan Liora, bukan dengan lelaki.

'Selamat sore, Tuan.'

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang