8 - Siapa Dia?

15K 1K 100
                                    

Walau dunia mengatakan bahwa kamu bukan lah wanita sempurna. Namun menurutku, kamu tetaplah yang sempurna.

🌱🌱
_____

Sudah tiga bulan Liora menjadi sekretaris Elang. Selama itu juga Liora tak pernah mendengar bosnya berbicara lebih dari 20 kata perharinya. Sebenarnya Liora tak masalah akan hal itu, tapi, Liora jadi sedikit sulit mengerti apa yang Bosnya itu inginkan. Ia hanya menjawab seperlunya, itupun sangat singkat. Hanya deheman saja yang membuat Liora mengertj jika Liora mengatakan sesuatu yang harusnya di jawab 'ya atau tidak' nilai plusnya hanya bisa Liora membaca ekspresi dari Bosnya itu.

"Permisi, Pak, saya mau memberikan schedule baru untuk Bapak dan juga Pak Rendy bulan ini."

Hanya gumaman yang Liora dengar dari bibir Bosnya itu. Liora mengangguk paham lalu meletakkan map itu di depan Elang. Sedetik kemudian Elang menerimanya dan membacanya dengan baik. Setelah membaca seluruhnya, Elang menganggukan kepalanya paham.

"Kalau begitu, saya permisi, Pak."

Liora keluar dari ruangan bosnya. Lalu menghela napas beratnya. Bagaimana Bosnya itu bisa menjalin hubungan dengan Sella? Sangat dingin sekali menurut Liora. Untung saja, lelaki yang ia suka tidak sedingin Elang.

"Hey, Liora? Pak Elang di dalem?"

Jantung Liora berpacu lebih cepat dari biasanya. Liora menoleh dan mendapati Rendy di depannya.

"Ah, iya pak. Pak Elang ada di dalam," ucap Liora gugup.

"Kenapa? Kok kamu gugup? Abis dimarahin Pak Elang?"

Liora menggelengkan kepalanya kuat. "Nggak, Pak, sa-saya."

"Masuk, Ren. Inget Risty!" teriak Elang. Rendy mencebikkan bibirnya. Sepupu tirinya itu memang benar-benar tak memberi celah untuknya menggoda sekretaris mudanya.

Atau jangan-jangan, Elang menyukai Liora?

Tapi tidak! Elang kan selama ini bucin Sella, tidak mungkin ia menyukai sekretarisnya dan mengkhianati cinta mereka. Elang bukan tipe orang yang doyan ikan segar, bukan seperti dirinya.

"Saya masuk ya, Liora. Kalo ada apa-apa, kamu bisa panggil saya." Rendy mengedipkan satu matanya lalu masuk kedalam ruangan Elang.

"Godain terus, gue aduin Risty baru tau," ujar Elang datar. Rendy hanya tertawa kemudian duduk di depan meja sepupunya itu.

"Ini jadwal yang udah di re-schedule Liora. Lo baca-baca dulu, gue rasa sekretaris gue itu emang pinter."

Rendy membuka map yang berisi jadwal itu. Sedetik kemudian, ia menganggukan kepalanya paham.

"Risty nggak ngamuk lo tinggal kerja?" tanya Elang.

Elang ingat sekali beberapa hari yang lalu, Risty menghampiri Rendy yang tengah menemui kolega bisnisnya, tentunya ada Elang disana sebagai atasan utamanya. Risty mengamuk hanya karena Rendy salah menggunakan dasi yang ia pilihkan. Sontak hal itu mengundang tawa dari kolega bisnisnya. Untung saja Rendy yang bukan orang yang pemalu. Rendy pun akhirnya menjelaskan bahwa istrinya tengah hamil muda, jadilah marah-marah tidak jelas.

"Nggak, dia kecapekan terus tidur. Gila, morning sickness nya parah banget doi," ucap Rendy.

Elang mengangguk-anggukan kepalanya.

"Sella gimana? Belum ada tanda-tanda?"

Elang menghentikan aktivitasnya dan mengalihkan pandangannya dari laptop. Kini fokusnya menatap Rendy dengan garang.

MY FUTURE | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang