Sinta membereskan buku-bukunya dan dimasukkan ke dalam tasnya. Satu persatu murid dikelasnya meninggalkan kelas, jam sudah menunjukkan waktu pulang membuat semua siswa bergegas untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Tersisa Adrian dan Sinta didalam kelas, Amel sudah lebih dahulu pulang karena ada acara keluarga dirumah.
“Yan, gue nebeng sama lu ya.” ucap Sinta yang sudah menggendong tasnya dibahu sebelah kanan.
“Iya,” Adrian menutup resleting tasnya. Ia beranjak dari duduknya, dan menggendong tasnya. “Ayo.”
Mereka melangkah keluar kelas beriringan. Langkah mereka berhenti melihat seseorang yang bersandar ditembok depan kelas. Seseorang itu menatap Adrian tajam.
Adrian tersenyum kecil, dan menatap Sinta. “Gue balik dulu, udah ada pawang lo.” Adrian mengacak rambut Sinta sebelum melenggang pergi.
“Lah kok pergi sih? Adrian?!” panggil Sinta yang tidak didengarkan Adrian.
“Cowok lo itu disini, berani manggil cowok lain didepan cowok sendiri.” sindir Rama mengalihkan pandangannya.
Sinta mendelik dan menatap sengit Rama.
Rama yang merasa risih ditatap seperti itu, menatap balik Sinta. “Apa?”
Sinta memutar bola matanya, ia melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.
“Sinta tunggu!” Rama mengejar Sinta yang sudah lumayan jauh dari jaraknya.
“Sinta,” panggil Rama yang sudah berhasil menyamakan langkah kakinya dengan Sinta.
“Sinta,” panggilnya sekali lagi.
“Sinta,” panggilnya ketiga kali, namun tidak ada jawaban dari Sinta.
“Sinta.”
Sinta membalikkan badannya, melihat siapa yang memanggilnya. Alvaro berlari menghampiri Sinta.
“Kenapa Al?” tanya Sinta saat Alvaro sudah ada di depannya.
Rama yang ada di samping Sinta mencibir di dalam hati. “Gue panggil tiga kali, gak nyaut. Sedangkan cowok gak jelas ini langsung ditanggapi. Berasa gue gak bisa diliat sama manusia apa ya.” cibirnya.
Alvaro mengatur nafasnya. “Tadi pak Bondan ngasih kertas, dan itu harus dipelajari. Lo ada waktu gak, besok pagi?”
“Gue free kok, kapan aja gue bisa. Nanti lo datang ke rumah gue aja, kita belajar di sana. Gue shareloc alamat rumah gue.”
“Oke,” Alvaro mengangguk mengerti. “Yaudah gue balik dulu, bye.” Alvaro pergi dari hadapannya.
“Lo ada urusan apa sama dia?” tanya Rama.
Sinta menatap Rama. “Bukan urusan lo.” Sinta kembali melangkahkan kakinya.
“Ya urusan gue lah, lo kan milik gue.”
Sinta memutar bola matanya. Selalu seperti itu, mengakui sesuatu yang bukan miliknya.
“Padahal gue besok mau ngajak lo pergi,”
“Gue udah ada janji.” ucap Sinta singkat.
“Gue tau, makanya gue ganti aja. Nanti malam mau ya, ada pasar malam di deket rumahnya Raka. Kita ke sana ya,” bujuk Rama.
“Sama pacar lo aja,”
“Gue gak punya pacar.”
Sinta memberhentikan jalannya, dan menatap Rama tidak percaya. “Gak mungkin, lo kan buaya.”
Rama menunjukan raut wajah sedihnya. “Ish, beneran tau, kan gue udah titipin hati gue ke lo. Lo jaga baik-baik ya hati gue.”
Sinta menatap takut Rama, mungkin Rama habis kerasukan hantu belakang sekolah atau Rama belum minum obat makanya jadi gila. “Najis anjir.”
“Serius tau, gue udah jatuh cinta sama lo.”
Sinta mengabaikan ucapan Rama. Saat ini mereka telah sampai di parkiran sekolah. “Lo mau anterin gue balik ga sih, cepet. Gue udah cape mau tidur.”
“Iya, iya.”
Rama menghampiri motornya diikuti Sinta dibelakang. Rama menyalakan mesin motornya, Sinta pun menaiki motor Rama. Sinta berpegangan pada kedua pundak Rama.
“Udah?”
“Iya,”
Motor Rama mulai melaju, membelah jalan raya. Jalanan menjadi sangat ramai karena udah waktunya anak sekolah pulang. Banyak kendaraan motor yang berlalu lalang.
Bersambung...
140221
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
أدب المراهقينSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...