Chapter 21

5.6K 418 12
                                    

Tiga minggu sudah terlewati sejak Rama dan Sinta menjalin hubungan. Rasa nyaman sedikit demi sedikit tumbuh dihati keduanya.

Seluruh murid Binangsa juga tidak percaya dengan ini, tapi inilah yang terjadi sesungguhnya. Mereka mengira hubungan Rama dan Sinta akan seperti hubungan Rama dan mantannya, tapi apa yang mereka perkirakan tidak sesuai realita.

Sinta duduk tenang dimejanya, ditangannya ada novel yang selalu ia bawa ke sekolah. Guru memasuki kelasnya dengan diikuti murid laki-laki yang kemungkinan murid baru.

“Selamat Pagi,”

“Pagi.” ucap seluruh penghuni kelas.

“Hari ini kita kedatangan murid baru.”

Sinta tidak melihat ke arah depan, ia masih fokus membaca novelnya. Sinta sama sekali tidak penasaran dengan murid baru itu.

“Nama gue Adrian Raymond Pradipta, biasa dipanggil Adrian.”

Sinta memberhentikan membacanya saat murid itu memperkenalkan diri didepan kelas. Sinta pun melihat ke depan, melihat ke arah murid baru itu. Sinta mendelikkan matanya saat tatapan mata mereka bertemu.

“Kamu boleh duduk sekarang.”

Adrian berjalan menuju ke arah meja Sinta dan menduduki kursi disamping Sinta.

“Kenapa balik ke sini gak bilang gue?” tanya Sinta saat Adrian telah duduk.

Adrian tersenyum lebar. “Surprise.”

Sinta menepuk pundak Adrian. “Pokonya lo harus traktir gue makan. Kalo gak, gue marah sama lo.” ancamnya.

“Siap, princess Bella.

“Adrian!” geramnya dengan suara rendah.

Adrian terkekeh, “Masih sama aja kayak dulu.” Adrian mengacak rambut Sinta, gemas.

o0o

Rama memberikan buku-bukunya. Ia akan menghampiri sang pujaan hatinya, eh—apakah benar jika Sinta pujaan hati Rama? Entahlah. Rama akan menagih bekal harian yang biasa Sinta berikan kepadanya. Rama berdiri hendak keluar kelas tapi Raka mencegahnya.

“Bentar, ini penting.” ucap Raka.

“Cepetan, pacar gue udah nunggu.”

“Halu lo!” celetuk Pandu. Ia sangat yakin bahwa Sinta tidak akan menunggu apalagi demi Rama. Jelas tidak mungkin!

“Sirik aja lo.”

Raka menatap Rama serius. “Dia kembali, gue liat dia disini.”

Rama mengepalkan kedua tanganmu. Masih diingat dengan jelas apa yang orang itu lakukan terhadap orang yang sangat Rama sayangi. “Gue bakal urus dia nanti.”

Rama pergi menuju kelas Sinta, seperti tujuan awalnya.

o0o

“Lo gak ke kantin?”

Sinta melihat Adrian yang sedang menatapnya, lalu ia menggelengkan kepalanya. “Enggak, gue bawa nasi goreng.”

“Nasi goreng? Rasanya gue udah lama gak makan nasi goreng buatan lo. Minta dikit, ya?”

Sinta mengangguk, ia mengeluarkan kedua bekalnya dan memberikan salah satu ke Adrian.

“Lo bawa dua? Oohhh... Gue tau, lo pasti udah dapat firasat kalo gue bakal balik ke sini kan? Ngaku deh lo.” tanya Adrian dengan kepercayaan diri yang tinggi.

“Ge-er. Ini itu punya orang, bentar lagi juga diambil.”

“Kalo semuanya diberikan sama ke gue dan orang itu, terus lo makan apa? Mau gue suapin?”

“Ribet banget lo jadi orang, tinggal makan juga. Gak usah tanya-tanya, nanti gue minta gantinya.” ucap Sinta kesal.

“Siap, princess Bella.

Sinta mencubit lengan Adrian hingga membuat Adrian mengadu kesakitan, baru Ia melepaskan cubitan itu. “Jangan panggil gue kayak gitu! Nanti gue bilangin Mommy, biar lo tidur diluar rumah.”

“Ish! Lo mah sukanya gitu, gak kasian apa sama gue?” tanya Adrian dengan wajah memelas.

“Gak.” ucap Sinta, ketus.”

“Ekhem.”

Deheman seseorang membuat keduanya melihat ke asal suara.

“Oh, udah berani deket sama cowok lain. Enggak inget udah punya pacar, hm?” tanya Rama menatap datar keduanya.

“Dia pacar lo?” tanya Adrian.

Rama berjalan menuju keduanya. Rama menarik kursi dimeja sebelah, menariknya mendekat ke arah Sinta agar ia bisa duduk disamping Sinta telah diduduki lelaki itu.

“Gue pacarnya Sinta.”

Rama melihat bekal didepan Sinta dan mengambilnya. Rama menatap Sinta, “Ini punya gue kan?”

Sinta mengangguk tanpa suara, ia seperti seorang kekasih yang ketahuan selingkuh. Walaupun kenyataanya tidak seperti itu.

Rama melihat bekal yang ada didepan Adrian, dan sudah dimakan seperempat oleh Adrian. Rama menatap Sinta kembali. “Itu bekal lo kan? Kenapa dikasih ke dia? Terus lo makan apa?”

Sinta diam, tidak menjawabnya. Sinta menundukkan kepalanya, membuat Rama menghela nafas kasarnya. Rama pun menyendokkan nasinya dan mengarahkan ke mulut Sinta. “Makan.”

Sinta menatap Rama, ia membuka mulut dan memakannya. Mereka terus menyuapi satu sama lain secara bergantian, membuat Adrian menatap mereka kesal.

“Mereka nyadar gak, sih. Gue kan masih di sini, seenaknya aja ngumbar kemesraan didepan gue.” ucap batin Adrian. Adrian memakan nasi gorengnya dengan kasar. Mata Adrian terus menatap mereka berdua yang terus menyebarkan kemesraan yang membuat hati Adrian iri.

“Gue pergi dulu,” Rama berdiri setelah menghabiskan nasi gorengnya. Ia mengecup puncak kepala Sinta sekilas—yang memang sudah menjadi kebiasaan Rama sejak mereka pacaran. Rama menatap tajam Adrian. “Dan lo gak usah deket-deket sama pacar gue. Kalo perlu lo tukeran tempat sama temennya Sinta, biar dia aja yang duduk sama Sinta.”

Rama kembali menatap Sinta. “Inget, ya! Lo itu udah punya gue, gak usah terlalu deket sama cowok lain apalagi dia.” tunjuk Rama kepada Adrian.

“Iya, Rama.”

Rama pergi setelah mengacak rambut Sinta.

“Laki lo posesif juga, ya.” ucap Adrian setelah Rama pergi.

Sinta mengangkat bahunya. Ia membereskan mejanya. Sinta menutup kotak bekalnya dan menyimpannya kembali.

Bersambung...

280420
231220

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang