Sebuah mobil melaju membelah jalan dengan cepat dan berhenti tepat di depan pintu gerbang sekolah.
“Kalo ayah gue tau, habis lo.” omel Sinta.
Cowok yang mengantar Sinta hanya cengengesan. “Bahasa kamu, Sin. Aku Aduin sama Ibu aku nanti.”
“Tukan ngadu,” cibir Sinta.
Sinta membuka pintu mobil dan keluar dari mobil.
“Sin,”
Sinta menatap cowok itu. “Apa?”
Cowok itu keluar dari mobilnya, menghampiri Sinta. “Gue ngantar lo, sama mau ketemu Adrian. Udah lama gak ketemu tuh bocah.”
“Pulang sekolah kan bisa, gak usah ikut ah. Sana pulang!”
“Kualat kamu.” cowok itu memainkan ponselnya. “Aku telepon Ibu aku nih, atau telepon kakak aku, bilang kalo kamu gak mau aku jagain.” tunjuk cowok itu, mengancam Sinta.
Sinta menepis jari cowok itu yang menunjuknya. “Ngadu terus kayak bocah,” sindirnya.
Cowok itu tersenyum, aneh memang. Orang disindir bukannya marah malah senyum tidak jelas. Cowok itu menggegam tangan Sinta dan berjalan memasuki sekolah.
Banyak yang menatap cowok itu kagum, dan menatap Sinta sinis.
“Ratu jerawat sama siapa tuh?”
“Setelah putus dari Rama, malah dapet yang ganteng lagi.”
“Ganteng banget cowoknya, kok dia mau sih sama si jelek itu.”
“Mungkin pake pelet kali.”
“Bisa jadi tuh, si Rama juga kayaknya kena pelet dia.”
“Atau engga, dia jual tubuhnya tuh.”
Cowok itu memberhentikan langkahnya. Ia menghampiri segerombolan siswi yang tadi membicarakannya.
“Lo tadi bilang apa?” tatapan tajam milik cowok itu, menatap kepada ketiga siswi yang membicarakan dirinya dan Sinta.
Ketiga siswi itu diam, tidak menjawab. Mereka merasa ketakutan.
“Gue tanya sekali lagi, lo bilang apa tadi?” tanya cowok itu sekali lagi.
Sinta menarik cowok itu menjauh dari sana. Ia melepaskan tangan cowok itu menjauh dari sana. Ia melepaskan tangan cowok itu dikoridor yang cukup sepi. “Ini alasan kenapa gue gak mau lo ngikut gue ke sekolah.”
“Sinta, bahasanya! Aku itu cuma gak suka, kamu dibilang kayak gitu. Aku jagain kamu, kalo kamu kenapa-napa nanti Ibu aku malah marah ke aku. Kamu tau sendiri sifat Ibu aku ke kamu kayak gimana.”
“Iya, aku tau itu. Tapi aku bukan kayak Sinta yang dulu.”
Cowok itu menghela nafasnya, merasa lelah dengan sifat keras kepala Sinta.
“Kenapa ribut disini?” tanya Adrian yang baru saja tiba.
Cowok itu mengalihkan pandangannya kepada Adrian. “Lo tau sendiri, keras kepalanya dia. Susah banget buat di atur.” ucapnya melirik Sinta. Sinta mendelik ke cowok itu.
“Apa?” tanya nya kepada Sinta.
Sinta pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua. Kedua cowok itu terus menatap Sinta hingga menghilang dari pandangannya.
“Abang, sehat?”
“Lo baru tanya sekarang? Seriously, Adrian?” cowok itu menatap Adrian tidak percaya.
“Cuma basa-basi aja.”
What the fuck!
“Oh, ya, bang, kok lo bawa Sinta pergi gak bilang-bilang sih. Gue cariin dia, gue kira Sinta diculik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...