Sinta baru saja pulang dari pertemuan antara dirinya dengan Alvaro. Sinta berjalan ke arah tempat tidur dan langsung merebahkan badannya. Sangat lelah, banyak sekali hal-hal yang harus di selesaikan bersama Alvaro. Ia memejamkan matanya sejenak untuk mengistirahatkan badannya.
Tetapi mata Sinta kembali terbuka saat mengingat sesuatu. Lantas ia langsung terduduk dan mengotak-atikkan handphone miliknya untuk menghubungi Rama. Karena janjinya yang akan menghubungi Rama setelah pulang dari urusan bersama Alvaro.
Sinta bersandar di kepala ranjang, sambil menunggu teleponnya di angkat Rama.
“Halo,” ucap Sinta memulai percakapan.
“Gue kira lo lupa sama janji lo. Gue udah nungguin dari tadi.”
“Jadi, lo mau ngomong apa?” tanya Sinta. Ia mengambil bantal guling dan menaruhnya diatas pangkuannya.
Rama bergumam seperti sedang berpikir. “Gak ada sih hehe.” Rama terkekeh.
“Yaudah gue matiin.”
“Eehh... Bentar dulu napa sih.” ujar Rama panik, takut dengan tiba-tiba Sinta memutuskan teleponnya.
“Oke,”
“Ish kek gini banget sih punya cewe, gak peka banget.” cibirnya. “Perasaan dulu, mantan pacar gue kagak ada yang model kek gini deh.” ujar Rama sangat pelan namun masih bisa di dengarkan oleh Sinta karena memang Rama tidak menjauhkan handphone nya saat berbicara seperti itu.
“Yaudah, cari yang lain. Sesimple itu loh. Ngapain sampe minta ke gue buat ngasih kesempatan. Mendingan sama cewe lain aja yang lebih peka. Atau nggak lo sama Valerine aja, kan dia kenal lo udah lama pasti dia tau banget tentang lo. Saran gue sih, mendingan lo sama Valerine aja, lebih cocok.”
“Loh kok jadi Valerine sih. Kan gak ada hubungannya sama kita....”
Sinta memutar bola matanya dengan malas. Ia langsung menekan tombol berwarna merah. Dan saat itu juga panggilan terputus begitu saja.
Sinta keluar dari kamar untuk mengambil minuman.
o0o
“Sinta.”
“Halo, Sinta.”
Rama mengernyit saat tidak ada sahutan dari Sinta. Ia melihat handphone nya dan baru menyadari jika panggilan telepon telah terputus, tidak tersambung lagi dengan Sinta.
“Lah malah di matiin.” gerutunya sembari melihat handphone miliknya yang telah mati.
“Kasian banget sih, pasti Sinta gak mau sama lo tapi lo maksa.” sindir Pandu yang sedang bermain game dengan sahabatnya yang lain.
Mereka sepakat untuk menginap di rumah Pandu untuk menemani Pandu yang sendirian di rumah karena orang tua Pandu sedang dalam perjalanan bisnis. Alasan lainnya, karena mereka jarang berkumpul sejak salah satu sahabat mereka dimabuk asmara.
Jadi tidak heran, jika sampai malam hari mereka masih berada dirumah Pandu.
“Mana ada ya! Kalo gak tau apa-apa, mendingan diem deh.” balas Rama dengan kesal.
“Udahlah, Pan. Lo mah suka ngajak Rama adu bacot mulu.” ujar Reyhan mendahului sebelum Pandu melanjutkan ucapannya yang malah membuat Rama menjadi marah.
“Dengerin!!”
Pandu mendengus, ia kembali fokus kepada game yang sedang dirinya mainkan.
Rama kembali menghubungi Sinta. Beberapa kali panggilannya tidak di angkat karena Sinta sedang dalam panggilan lain. Hal itu membuat Rama berpikiran negatif. Rama pikir Sinta sedang asik teleponan dengan Alvaro mengingat akhir-akhir ini Sinta sering dekat dengan Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...