Chapter 20

6.1K 433 8
                                    

Entah bagaimana caranya berita tentang hubungan Rama dan Sinta telah sampai ditelinga penghuni sekolah SMA Bina Bangsa. Mereka beranggapan bahwa hubungan Rama dan Sinta tidak akan berlangsung lama.

Sinta duduk tenang di mejanya, tidak peduli dengan semua murid yang sedang mencuri pandang kepadanya bahkan ada yang menatapnya terang-terangan. Bukannya Sinta tidak tahu, tetapi Sinta hanya pura-pura tidak tahu.

Amel baru saja datang langsung meletakkan tasnya di meja. Ia menuju ke arah Sinta dan duduk disamping Sinta. Amel menatap Sinta.

“Lo beneran jadian sama Rama?”

Sinta menatap Amel sekilas, males menjawab pertanyaan Amel. Lebih tepatnya males membahas hal yang bersangkutan dengan Rama.

Amel memegang bahu Sinta agar menatap Amel. “Lo tau sendiri kan Rama siapa? Dia itu gak baik buat lo. Gue cuma takut, lo bakal makan hati kalo sama dia.” ucap Amel.

Sinta menurunkan tangan Amel dari bahunya. “Gue udah nolak, dia nya aja yang maksa gue. Dia ngancem ga bakal hapus foto gue yang ada di instagramnya. Lo tau sendiri kan, pada komentar ga bener disana. Gue juga terpaksa, Mel.”

“Gue mohon lo jangan sampe baper sama Rama.”

Sinta tersenyum. “Gue gak tau apa yang bakal terjadi selanjutnya. Tapi gue bakal usaha buat gak sampe baper sama Rama.”

Amel mengangguk, mempercayai ucapan Sinta. “Gue ngomong gini bukan karena gue suka sama Rama, tapi gue gak mau aja lo dijadiin mainan sama Rama.”

“Gue tau lo khawatir sama gue, tapi gue bisa jaga diri gue sendiri. Jangan khawatir!”

Amel meng-iya-kan ucapan Sinta. “Gimana kalo habis pulang sekolah, kita pergi ke cafe? Kayaknya gue gak pernah pergi keluar sama lo deh. Mau, ya?”

Sinta tersenyum, lalu mengangguk. “Ayo, deh. Lagian gue bosen kalo dirumah terus.”

“Gimana gak bosen, setiap hari aja dirumah terus. Gak pernah keluar rumah.” sindir Amel.

Sinta terkekeh.

o0o

Sinta dan Amel pergi ke cafe. Mereka hanya bercerita, menceritakan idolanya masing-masing.

“Sumpah ya, gue suka bener sama si Taehyung. Ya Allah, ganteng banget suami gue.” ucap Amel sambil melihat foto Taehyung yang ada di handphone nya.

Sinta menggelengkan kepalanya. Kayaknya Sinta tidak se-alay ini ketika melihat idolanya.

“Eh, Sin, lo punya idola gak sih? Yang dari luar?” tanya Amel tanpa melihat ke arah Sinta. Ia masih menatap foto suami khayalannya itu.

“Idola? Ga punya. Punya nya suami.”

Amel menatap Sinta, ia menaruh handphone nya di atas meja. “Halu lo! Sejak kapan lo punya suami. Nikah aja belum.”

“Lo gak percaya?”

Amel menggeleng.

“Mau tau?”

Amel mengangguk.

Sinta membuka handphone nya dan menunjukkan foto yang dianggap suaminya, eh maksudnya suami khayalannya itu. “Ini suami gue. Ganteng kan?” Sinta tersenyum lebar menunjukkan giginya yang rapi.

Amel melototkan matanya. “Ngimpi lo ketinggian. Manurios—yang lo anggap suami itu tau lu hidup aja enggak.”

Sinta meminum minumannya sebelum menyahut, “Terus apa bedanya gue sama lo?”

Amel menyengir, menunjukkan sederetan giginya.

Tiba-tiba seorang gadis datang menghampiri keduanya. Sinta dan Amel melihat siapa gadis itu. Sinta tidak mengenalnya, tetapi Amel mengenal gadis itu. Salah satu mantan Rama.

“Diandra?”

Gadis itu mengangguk. “Boleh gue duduk sini?” tanyanya.

Amel mengangguk. “Boleh, duduk aja.”

“Kita kenalan dulu, biar ngobrolnya asik. Kayaknya gue pernah liat kalian di Binangsa deh.”

“Kita sekolah di Binangsa. Nama gue Amel.”

“Sinta.”

“Kalian udah pada kenal gue kan?”

Amel mengangguk. Berbeda dengan Sinta yang menggelengkan kepalanya.

“Lo gak kenal gue?” tanya Diandra mengarah kepada Sinta.

Sinta tidak menjawab, melainkan Amel yang mengenalkan Diandra kepada Sinta.

“Lo gimana sih, waktu itu gue udah pernah bilang bukan? Nah ini tuh Diandra, salah mantan dari pacar lo itu.”

Diandra menganggukkan kepalanya. Tapi... Eh! Diandra membulatkan matanya saat menyadari sesuatu. “Pacar? Maksudnya? Sinta ini pacar Rama gitu? Jadi foto yang ada di instagram Rama waktu itu, itu lo?”

“Iya, dia itu pacar Rama.” sahut Amel.

“Lo tau sendiri kan, kalo Rama itu playboy? Terus kenapa lo mau sama dia? Gue bukannya kayak gimana ya, tapi lo tau sendiri kan Rama kayak apa?”

“Nah, kan, apa gue bilang. Lo nya aja yang gak mau denger omongan gue. Katanya, jingin khiwitir!” sahut Amel.

Sinta menatap Diandra lalu Amel. “Kalian kok pada mojokin gue. Denger ya, ini juga terpaksa. Dia nya yang maksa gue, kalo gue nolah tuh foto gak bakal dihapus. Gue mah gak peduli, kalo Rama minta yaudah gue iyain aja.”

“Pokonya lo gak boleh suka sama Rama apalagi sampe jatuh cinta sama Rama.” ucap Diandra, serius.

“Emangnya siapa lo? Larang Sinta buat suka sama gue, terserah Sinta itu hak dia. Lo kan cuma mantan gue, gak usah ngurusin hidup gue.” ucap seseorang yang langsung duduk di samping Sinta. Rama—seseorang itu—menatap Sinta. “Iya kan, sayang? Oh, dan siapa juga yang mau mutusin lo?”

Amel dan Diandra saling pandang. Tidak percaya, jika didepannya adalah Rama.

“Disini lo rupanya, kita cariin juga.” ucap Pandu diikuti sahabatnya yang lain dibelakang. Pandu melihat siapa saja yang duduk bersama Rama. “Eh, ada Sinta, Amel, dan juga mantannya Rama. Namanya siapa ya? Gue lupa.”

Diandra memutar bola matanya malas. Malas menghadapi orang seperti Pandu. Diandra tersenyum membalas senyum yang diberikan Raka.

“Kita pulang aja,” ucap Sinta tanpa suara kepada Diandra dan Amel. “Gue males, ada mereka.”

Diandra dan Amel mengangguk.

“Mau kemana?” tanya Rama saat melihat Sinta, Amel dan Diandra bangkit dari duduknya.

“Kita mau pulang, lagian udah malem nanti ayah sama Ibu nyariin.” jawab Sinta.

Rama menganggukkan kepalanya. “Mau gue anter?”

Sinta menggeleng. “Gak perlu, gue sama Amel aja.”

“Oh, yaudah.” Rama berdiri dan mendekat ke arah Sinta. Rama mencium kening Sinta. “Langsung pulang ke rumah, jangan mampir. Salam juga ke Ibu sama Ayah.”

Mereka pun segera pergi, meninggalkan Rama dan sahabatnya yang masih tercengang melihat apa yang dilakukan Rama tadi.

“Lo udah kenal bokap sama nyokap nya Sinta?” tanya Reyhan.

“Manggilnya aja udah Ibu sama Ayah.” celetuk Pandu.

“Udah tobat kali.” ucap si dingin, Raka.

Rama tidak menjawab ucapan sahabatnya. Ia hanya tersenyum sebagai balasan.

Bersambung...

250420
231220

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang