Tanggal merah yang membuat semua orang malas untuk keluar rumah, lebih baik menghabiskan waktunya di dalam rumah. Itu adalah salah satu hal yang ada dipikiran para remaja. Tanggal yang sangat di tunggu semua orang hanya untuk bersantai. Sinta adalah salah satu orang yng berpikiran seperti itu.
Namun, rencana yang telah di susun sejak semalam, hancur berantakan. Alvaro'lah penyebabnya.
Pagi-pagi sekali Alvaro sudah mengajak dirinya untuk berlari pagi. Awalnya Sinta menolak, tetapi karena paksaan Alvaro akhirnya Sinta menerima ajakan Alvaro.
Dan disinilah dirinya sekarang, berada di taman yang memang biasa digunakan untuk olahraga.
“Al, stop!” Sinta mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat lari mengelilingi taman.
Alvaro yang berada beberapa langkah di depan Sinta pun membalikkan badannya. “Ayo lah, Sin. Baru juga tiga kali putaran.” ujarnya enteng.
Sinta mendelik, “Bodo lah, lo kalo mau lari lagi, lari sendiri aja. Gue di sini aja.” Sinta berjalan ke arah pohon besar yang daunnya cukup lebat. Ia duduk dibawah pohon itu, dan bersandar pada pohon menikmati angin pagi yang berhembus menerpa wajahnya.
Alvaro terkekeh. “Gitu aja udah lemes, cemen lo!” ejeknya. Akan tetapi, dirinya juga mengikuti apa yang dilakukan Sinta.
“Halah! Lo juga ikut-ikutan gue.”
Alvaro memejamkan matanya, menikmati udara sejuk di pagi hari. “Jaga-jaga aja, takut lo di culik, ntar gue lagi yang di salahin.” jawab Alvaro asal.
Tidak ada jawaban dari Sinta, Alvaro pun membuka matanya. Ia menengok ke samping, memperhatikan wajah Sinta yang terlihat kecapean.
“Ketara banget lo jarang olahraga.” tebak Alvaro yang sangat tepat.
Sinta membuka matanya, ia melihat Alvaro. “Memang! Lo kalo ga paksa gue, gue juga ogah kali. Mendingan gue tidur, atau nonton drakor.” ujar Sinta yang terselip kata sindiran untuk Alvaro. Dan Alvaro hanya tertawa pelan, ketika menyadari Sinta sedang menyindirnya.
“Biar sehat, Sin.”
“Yain dah.” Ujar Sinta acuh tak acuh, ia kembali memejamkan matanya.
Alvaro melihat seseorang yang masih berolah raga. Hari memang masih menunjukkan jam tujuh, orang-orang biasanya baru memulai olahraga. Berbeda dengan Alvaro yang dari jam lima sudah sampai dirumah Sinta.
Jarak rumah Sinta dengan taman ini, tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh. Dan Alvaro menyarankan untuk berjalan kaki dari rumah Sinta sampai ke taman ini.
“Sin, mau nitip minuman ga?”
Tidak ada jawaban dari Sinta, Alvaro menduga Sinta ketiduran.
“Lo tidur?” tanya Alvaro.
“Apa sih, Al?” tanya Sinta kembali, seraya membuka kedua matanya.
Alvaro menggeleng, “Mau nitip minuman? Gue traktir deh.”
“Ga usah ditanya, harusnya langsung beliin aja.”
Alvaro terkekeh, ia mengacak pelan rambut Sinta. “Bentar, di sini aja. Jangan kemana-mana ya! Duduk di sini aja.” perintahnya.
“Iya, Al.” Sinta memutar bola matanya. “Emangnya gue anak kecil apa.”
Alvaro berdiri dari duduknya, ia meninggalkan Sinta dibawah pohon untuk mencari warung terdekat.
Sinta menatap punggung Alvaro yang berjalan semakin jauh. Saat dirinya akan memejamkan matanya kembali, tangannya ditarik oleh seseorang.
“Eh?!” Sinta melihat si pelaku yang sedang menatap tajam dirinya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...