Sinta menghela nafasnya, menatap seseorang yang sedang duduk di depannya. Beberapa menit yang lalu, seseorang itu datang ke rumahnya dan langsung dipersilakan masuk oleh Ibu.
Rama mengangkat alisnya ketika Sinta terus menatap dirinya dengan tatapan tidak suka. Apakah ada yang salah?
Sinta berdecak. “Ngapain ke sini, balik aja sana.” usirnya.
“Hush! Gak boleh kayak gitu.” Ibu datang dengan membawa minuman. Beliau menaruhnya di atas meja, lalu Ibu duduk di samping Sinta. “Rama ini kan tamu, gak baik ngusir tamu seperti tadi.”
“Tuh dengerin,” ujar Rama yang jelas ditujukan untuk Sinta. Hal itu malah semakin membuat Sinta kesal kepada Rama.
Sinta mendelik sebal. “Jadi tujuan lo dateng ke sini, ngapain? Kalo ga ada keperluan balik aja sana.”
Ibu mencubit lengan tangan Sinta, “Ngomongnya yang bener ah.”
“Iya Bu,” Sinta menuruti perkataan Ibu.
“Yaudah kalo begitu kalian ngobrol aja, Ibu mau ke ayah dulu.” ujar Ibu sambil beranjak dari duduknya dan pergi menemui ayah.
Kini hanya ada mereka berdua di ruang tamu. Hanya ada kesunyian di antara mereka.
“Lo ganti baju, kita pergi sekarang.” ucap Rama tiba-tiba.
“Mau kemana? Males ah mendingan tidur.” Sinta berujar malas.
“Cepetan Sinta, gue tunggu.”
“Males.”
“Sinta!”
“Oke, fine.” putus Sinta beranjak dari duduknya. Ia berjalan dengan menghentakan kakinya.
Rama terkekeh pelan, wajah kesal Sinta terlihat lucu di matanya.
o0o
Rama memberhentikan motornya pada parkiran pasar malam. Seperti ucapannya siang tadi, dan kini dirinya menepati ucapannya itu.
Sinta turun dari motor Adrian. Ia menatap stand bazar yang ada di sana dengan binar di matanya. Sudah lama dia tidak datang ke pasar malam.
Sinta menengok ke arah Rama yang sedang melepaskan helm di kepalanya. “Rama cepetan! Gue mau masuk.” perintah Sinta.
Rama menyimpan pelan, dan menggeleng pelan saat melihat Sinta yang sudah jalan memasuki pasar malam meninggalkan dirinya. “Tadi aja sok nolak gak mau. Sampe sini lupa diri kalo gue yang ngajak.” gumam Rama.
Rama menghampiri Sinta yang sedang menatap sekelilingnya. “Mau apa?” tanya Rama.
Sinta masih menatap sekelilingnya, hingga matanya menangkap gambar seseorang yang sedang membawa makanan berwarna pink di tangannya. Sinta mencari stand yang menjual itu. Saat ia telah menemukannya, Sinta menepuk lengan tangan Rama tanpa melihat ke arah Rama. “Ram, beli itu ya.” tunjuk Sinta kepada stand yang menarik perhatian dirinya.
“Apa?” tanya Rama. Ia melihat apa yang ditunjuk Sinta. “Mau arum manis?”
Sinta mengangguk lucu.
“Yaudah ayo,”
Mereka berjalan ke arah stand yang menjual gulali gula kapas atau sering di sebut dengan arum manis. Sesampainya di stand itu, Rama dan Sinta menunggu giliran mereka karena saking banyaknya orang-orang yang membeli arum manis.
“Masih lama ga sih?” tanya Sinta ketika sudah lama berdiri didepan stand itu.
Rama menengok ke samping. “Enggak, itu tinggal dua orang lagi.” jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...