Chapter 22

5.8K 390 4
                                    

Seorang laki-laki memasuki sebuah rumah sakit jiwa. Laki-laki itu masih menggunakan seragam sekolah karena ia langsung pergi tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu. Dia berjalan pelan, menelusuri rumah sakit yang sudah lama tidak didatanginya. Laki-laki itu memasuki sebuah ruangan. Sebelum membuka pintu, terdengar suara teriakkan dari dalam. Laki-laki itu dengan cepat membuka pintu itu.

“PERGI!”

Suster yang mendampingi seorang gadis—yang sekarang duduk diranjang rumah sakit—menyadari seseorang membuka pintu. Suster itu pun menghampiri laki-laki tadi.

“Kali ini karena apa?” tanya laki-laki itu.

“Dia tidak mau makan sebelum bayinya bangun.”

Laki-laki itu menatap sendu gadis yang sekarang sedang menggendong sebuah boneka yang dianggap bayinya sendiri. Ia menatap suster dan menuruhnya pergi.

Laki-laki itu mendekati gadis itu. Dia memanggilnya pelan. “Alena,”

Alena melihat dengan tatapan takut, takut jika laki-laki itu mengambil bayinya. Alena mendekap bayinya erat, emm... Maksudnya boneka yang dianggap bayi.

Laki-laki itu berjalan pelan mendekati Alena. Alena yang merasa dirinya terancam segera mengambil benda-benda yang ada didekatnya dan melempar ke laki-laki itu.

“MAU APA KAMU?! JANGAN AMBIL ANAK AKU! PERGI! PERGI! PERGII!”

Laki-laki itu pun langsung memeluk Alena erat, walaupun Alena memberontak. “Sstt! Tenang, okay? Ini aku Al, aku gak bakal ambil kamu.”

Alena mulai tenang di dalam pelukan laki-laki yang mengaku bernama Al. Alena berucap lirih, “Al?”

Al mengangguk. “Iya, ini aku.”

Al melepaskan pelukannya. “Kamu belum makan kan? Mau aku suapin? Kamu itu harus sehat, kasian kan anak kamu kalo kamu sakit. Kamu harus makan ya? Atau mau makan ditaman, mau?”

“Tapi, bayi aku?”

“Kita bawa ya, bayi kamu juga pasti bosen didalam terus. Sekali-kali bawa main diluar.”

Alena mengangguk pelan.

Al langsung mencari kursi roda untuk membantu Alena berjalan.

o0o

“Di sini aja ya,”

Tidak ada jawaban dari Alena, Alena asik bermain dengan boneka yang dianggapnya adalah bayi yang telah dilahirkan olehnya.

“Sekarang kamu makan,” Al menyuapi Alena dengan makanan yang telah disediakan rumah sakit.

“Al, nanti kalo misalkan anak aku udah besar, pasti cantik kan? Pasti banyak yang ngejar-ngejar dia.” Alena terkekeh saat membayangkan kejadian yang tidak mungkin terjadi. Alena menatap langit yang berwarna oren.

Al hanya mendengarkan saja tanpa ingin menyahut sedikit pun, ia tetap menyuapi Alena dengan telaten.

“Tapi aku takut, aku takut dia seperti aku.” sedetik kemudian, Alena langsung menangis kencang. “Aku gak mau ketemu sama laki-laki bajingan itu. ENGGAK MAU! AKU BENCI LAKI-LAKI ITU! AKU BENCI!”

Al kembali memeluk Alena untuk menenangkan Alena. “Sstt,, ga akan ada laki-laki itu.”

Al mengepalkan tangannya saat mengingat penyebab ini semua. Apa harus Al memberinya perhitungan kepada laki-laki itu? Ya, sepertinya Al harus memberinya sesuatu kepada laki-laki itu.

o0o

Sinta sedang bersantai diruang keluarga bersama Ayah dan Ibunya. Dia menatap malas Ayah yang sedang menggoda Ibu.

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang